BAB
I
LAPORAN
PENDAHULUAN
A.
Konsep
Dasar Medis
1.
Defenisi
Pembesaran kelenjar tiroid sebagai
akibat pertambahan ukuran sel/ jaringan (Mansjoer Arif).
2.
Etiologi
Berbagai faktor diidentifikasikan
sebagai penyebab terjadinya hipertrofi kelenjar tiroid termasuk didalamnya
defisiensi yodium, gaitrogenik glikosida agent (zat atau bahan ini dapat
mensekresi hormon tiroid seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis bila
dikonsumsi secara berlebihan). Obat-obatan anti tiroid, peradangan dan
tumor/neoplasma (Sylvia A.Price).
a. Klasifikasi
1)
Goiter Nodula Toksik
Paling sering
ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai komplikasi goiter nodular kronik.
Pada pasien-pasien ini hipertiroidisme timbul secara lambat. Pasien mungkin
mengalami aritmia dan gagal jantung yang resisten terhadap terapi digitalis.
Pasien dapat pula memperlihatkan bukti-bukti penurunan berat badan, lemah dan
pengecilan otot. Pasien goiter nodular toksik mungkin memperlihatkan tanda-tanda mata (melotot, pelebaran fissure
palpebra, kedipan mata berkurang), akibat aktivitas simpatis yang berlebihan.
Pasien hipertiroidisme berat dapat krisis atau badai tiroid. Pada kasus ini
biasanya manifestasi klinis yang disebutkan di atas menjadi semakin berat
sehingga akhirnya menjadi faktor yang membahayakan kehidupan. Demam mungkin
selalu ada dan ini merupakan indikasi adanya komplikasi yang serius.
2)
Goiter Non
Toksik
Merupakan
gangguan yang sangat sring dijumpai dan menyerang 16% perempuan dan 4%
laki-laki. Yang berusia antara 20–60 tahun. Biasanya tidak ada gejala-gejala
lain kecuali gangguan kosmetik, tetapi kadang-kadang timbul
komplikasi-komplikasi. Tiroid mungkin membesar secara difus atau bernodula.
Etiologi goiter non toksik antara lain adalah defisiensi yodium atau gangguan
kimia intratiroid yang disebabkan oleh berbagai faktor. Akibat gangguan ini,
kapasitas kelenjar tiroid untuk memproduksi tiroksin terganggu, mengakibatkan
peningkatan TSH dan hyperplasia serta hipertrofi folikel tiroid. Hyperplasia
mungkin bergantian dengan fibrosis dan dapat timbul nodula–nodula yang
mengandung folikel tiroid.
Secara
klinis dapat memperlihatkan penonjolan di sepertiga bagian bawah leher. Goiter yang berat dapat
menimbulkan masalah kompresi mekanis
disertai pergeseran letak trakhesa dan oesophagus dan gejala-gejala obstruktif
(Brunner & Suddarth).
3. Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama
yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung
iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak
oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif
yang distimuler oleh TSH kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang
terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul
diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin
(T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi TSH dan bekerja
langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon
metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis,
pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4)
dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh
kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.
4. Manifestasi Klinis
a. Leher bertambah besar atau tidak
b. Sulit menelan
c. Sesak nafas
d. Suara serak atau parau
e. Pada palpasi kelenjar tiroid, nodul
tunggal atau ganda dengan konsistensi keras atau tidak.
f. Biasanya tanpa rasa nyeri kecuali
bila timbul
perdarahan di daerah nodul.
g. Mata melotot
h. Kelelahan
i.
Berat
badan menurun
j.
Peningkatan
suhu tubuh (Brunner & Suddarth).
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan
sidik tiroid
b. Pemeriksaaan
ultrasonografi
c. Biopsy
aspirasi jarum halus
d. Termografi
e. Petanda
tumor
6. Penatalaksanaan
a. Untuk menekan aktivitas kelenjar
hipofisis yang menstimulasi tiroid di beri preparat supplement yodium, seperti
larutan jenuh kalium yoyida.
b. Dilakukan
tindakan operatif
Komplikasi pasca bedah dapat dikurangi dengan menciptakan
keadaan eutiroid dengan preparat antitiroid dan pemberian senyawa yoyida
praoperatif untuk mengurangi ukuran serta vaskularisasi kelenjar tiroid
tersebut (Sylvia A.Price).
7. Penyimpangan KDM
|
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas istrahat
Gejala :insomnia, sensivitas meningkat Otot lemah, gangguan koordinasi
Kelelahan berat
Tanda : atrofi otot
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda :disritmia, irama gallop, murmur Peningkatan tekanan darah, takikardi saat istirahat
c. Eliminasi
Gejala : urin dalam jumlah banyak Perubahan dalam
feses/ diare
d. Integriitas Ego
Gejala :mengalami stress yang berat baik emosional maupun
fisik
Tanda : emosi labil
e. Makanan/ cairan
Gejala : kehilangan berat badan yang mendadakNafsu
makan meningkat, makan banyak, makan sering, kehausan, mual muntah.
Tanda : pembesaran tiroid/ goiter
f. Neurosensori
Tanda :bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku
seperti: bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium, psikisis
hiperaktif refleks tendon
g. Nyeri/ ketidak nyamanan
gejala :nyeri orbital, fotofobia
h. Pernapasan
Tanda :frekuensi pernapasan meningkat, takipnea Dispnea,
edema paru
i.
Keamanan
Gejala : Tidak toleransi terhadap, kering yang
berlebihan Alergi terhadap iodium
Tanda :suhu
meningkat, kulit halus hangat dan
kemerahan,rambut tipis, mengkilat dan lurus.
j.
Seksualitas
Tanda : penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten.
k. Penyuluhan
Gejala :adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah Tiroid Riwayat hipotiroidisme, terapi hormon tiroid atau pengobatan anti tiroid. Riwayat pemberian
insulin yang menyebabkan gangguan
jantung atau pembedahan jantung.
2.
Diagnosa
Keperawatan
a.
Nyeri
Akut
b.
Gangguan
konsep diri
3.
Rencana
Tindakan Keperawatan
No
|
Diagnosa keperawatan
(NANDA)
|
Tujuan (NOC)
|
Intervensi (NIC)
|
RASIONAL
|
1.
|
Nyeri Akut
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam nyeri klien dapat teratasi atau
teratasi dengan kriteria hasil :
-
Klien
mampu mengontrol nyeri
-
Klien
melaporkan bahwa nyeri berkurang
-
Wajah
klien nampak rileks
|
1.
Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik
verbal maupun nonverbal, catat lokasi, intensitas (skala 0-10) dan lamanya.
2.
Berikan
minuman yang sejuk atau makanan yang lunak seperti es krim atau sejenisnya
3.
Kolaborasi: berikan obat analgetik
dan/ atau analgetik sprei tenggorok sesuai dengan kebutuhannya
|
1.
bermanfaat dalam mengevaluasi
nyeri, menentukan pilihan intervensi, menentukan efektivitas terapi
2.
menurunkan nyeri tenggorok tetapi
makanan lunak ditoleransi jika pasien mengalami kesulitan menelan
3.
menurunkan nyeri dan rasa tidak nyaman.
|
2.
|
Gangguan
Konsep Diri
|
Setelah dilakukan tindakan keperwatan 1x24 jam klien
memiliki gambaran diri yang positif kembali dengan kriteria hasil :
- klien
mampu mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
- klien
mampu mempertahankan interaksi sosial
- klien
mampu menerima perubahan fisiknya
|
1. Dorong klien
mengungkapkan pikiran dan perasaannya tentang bentuk leher yang berubah.
2. Jelaskan
penyebab terjadinya perubahan bentuk leher dan jalan keluar yang dapat
dilakukan seperti tindakan operasi.
3. Diskusikan
upaya-upaya yang dapat dilakukan klien untuk mengurangi perasaan malu seperti
menggunakan baju yang berkerah tertutup
|
1. sebagai acuan
untuk melaksanakan untuk intervensi
selanjutnya.
2. mengidentifikasi
penyebab gangguan konsep diri dan meningkatkan percaya diri klien melalui
pemberian informasi mengenai tindakan yang dilakukan sebagai jalan keluar.
3. membantu
meningkatkan percaya diri klien
|
4.
Penatalaksanaan
Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah dirumuskan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal dengan menggunakan keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien. Dalam
melaksanakan keperawatan, haruslah dilibatkan tim kesehatan lain dalam tindakan
kolaborasi yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan serta berdasarkan atas
ketentuan rumah sakit.
5.
Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan
yang bertujuan untuk menilai tingkat keberhasilan dari asuhan keperawatan yang
telah dilaksanakan.
Dari rumusan seluruh rencana keperawatan serta
impelementasinya, maka pada tahap evaluasi ini akan difokuskan pada:
a. Apakah nyeri yang dirasakan pasien berkurang ?
b. Apakah komunikasi verbal dari pasien
lancar?
c.
Apakah
gangguan rasa nyaman dari pasien dapat terpenuhi?
d.
Apakah
pasien menerima keadaan dirinya yang sekarang ?
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges E. Marylnn, et all, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi
Ketiga,Penerbit Buku Kedokteran,EGC,Jakarta.
Engram Barbara, (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah,
Vol. 3, Penerbit : Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Henderson M. A, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Yayasan
Essentia Medica, Yogyakarta.
Amin H.N. & Hardhi.K. (2015), Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC,JILID 3, penerbit:Media
action publishing.yogjakarta
Moelianto Djoko R, (1996), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Jilid I, Edisi Ketiga, Balai Penerbit FKUI Jakarta.
HADEH... KATANYA POST OPS TAPI KOK GINI HUUU
BalasHapus