TALENT AOR
LAPORAN PENDAHULUAN - ASUHAN KEPERAWATAN - ASUHAN KEBIDANAN
Terimakasih sudah berkunjung di blog saya. mari berbagi ilmu tentang dunia medis. silahkan tinggalkan kritik dan saran yang membangun di bawah.
Selasa, 30 Januari 2018
Minggu, 21 Agustus 2016
Laporan Pendahuluan Hiperemesis Gravidarum
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A. Konsep Medis
1.
Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah muntah
yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa
yang dimakan dan diminum dmuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan
sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan
karena penyakit seperti appendicitis, pielitis dan sebagainya
2.
Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum
diketahui secara pasti, beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang
ditemukan.
a.
Faktor predisposisi yang sering
ditemukan adalah primigravida, molahidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi
yang tinggi pada molahidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa
faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon
khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
b.
Masuknya vili khorialis dalam
sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang
menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organic.
c.
Alergi
d.
Faktor psikologik memegang
peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya
hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti.
3.
Patofisiologi
Pengaruh psikologik hormon estrogen ini
tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya
pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun
demikian mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis
hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil
wanita tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor
hormonal yang jelas wanita yang sebelum
kehamilan sudah menderita lambung spastic dengan gejala tak suka makan dan
mual, akan mengalami emesis gravidarum yang berat.
Hiperemesis gravidarum ini dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan
klorida darah turun, demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal
ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan
tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah
yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit
dipatahkan.
4.
Gejala dan Tanda
Hiperemesis gravidarum, menurut berat
ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 tingkatan yaitu :
a.
Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi
keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan
menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali permenit,
tekanan darah sistol menurun, turgor kulit berkurang, lidah mengering dan mata
cekung.
b.
Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan
apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah mongering dan nampak kotor, nadi
kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan
menurun dan mata menjadi cekung, tensi rendha, hemokonsentrasi, oliguri dan
konstipasi, aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma
yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
c.
Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah
berhenti, kesadaran menurun dan somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat,
suhu badan meningkat dan tensi menurun.komplikasi fetal dapat terjadi pada
saraf yang dikenal sebagai ensefalopati wernicke, dengan gejala nistagmus dan
diplopia, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk
vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus adalah tanda adanya payah hati
5.
Penatalaksanaan
Pencegahan terhadap hyperemesis
gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang
kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan
keyakinan bahwa mual dan muntah kadang-kadang muntah merupakan gejala yang
fisioligk pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil
tetapi lebih sering, waktu bangun pagi jangan
segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau
biskuit dengan teh hangat.
Makan yang berminyak dan minuman
sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
a.
Obat-obatan
Sedatif yang sering digunakan adalah Phenobarbital, vitamin yang dianjurkan vitamin B1
dan B6 keadaan yang lebih berat diberikan anti emetiksepeti
disiklomin hidroklorida dan khlorpromazin, anti histamine ini juga dianjurkan
seperti dramamin, avomin.
b.
Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang
tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik tidak diberikan makan/minuman
selama 24 – 28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan
c.
Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa
penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan yang berat serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya
dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
d.
Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup
elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam caran garam
fisiologik sebanyak 2 – 3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan
vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. bila ada kekurangan
protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
e.
Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak
menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan
psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutuhan, bradikardi, ikterus
anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organic. Dalam keadaan
demikian pual perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk
melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena satu pihak tidak
boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai
terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
f.
Diet
1)
Diet hiperemesis I diberikan
pada hiperemesis tingkat II. Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan.
Cairan tidak diberikan bersamaan dengan makanan tetapi 1 – 2 jam sesuadahnya.
Makanan ini kurang dsalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu
hanya diberikan selama beberapa hari.
2)
Diet hiperemesis II diberikan
bila rasa mual dan muntah berkurang secara berangsur mulai diberikan bersamaan.
Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
3)
Diet hiperemesis III diberikan
kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minum
boleh diberikan besama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali
kalsium.
6.
Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis
hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi
diri, namun demikian pada tingkatan yang berat,penyakit ini dapat mengancam
jiwa ibu dan janin.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1.
Pengkajian data focus
a.
Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut
nadi meningkat (>100 kali permenit)
b.
Integritas ego
Konflik interpersonal keluarga,
kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak
terencana.
c.
Eliminasi
Perubahan pada konsistensi, defeksai,
peningkatan frekuensi berkemih, urinalisis, peningkatan konsentrasi urine.
d.
Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8
minggu), nyeri epigastrium,pengurangan BB (5 – 10 kg), membran mukosa mulut
iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, napas berbau aseton, turgor kulit
berkurang, mata cekung dan lidah kering.
e.
Pernapasan
Frekuensi pernapasan meningkat
f.
Kecemasan
Suhu kadang naik, badan lemah, ikterus
dan dapat jatuh dalam koma
g.
Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan
ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
h.
Interaksi sosial
Perubahan status kesehatan/stressor
kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi
terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
i.
Pembelajaran dan penyuluhan
Segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, apalagi kalau berlangsung sudah lama, berat badan turun naik dari
1/10 berat badan normal, turgor kulit, lidah kering, adanya aseton dalam urine.
j.
Pemeriksaan diagnostic
1)
USG (dengan menggunakan waktu
yang tepat)
Mengkaji usia gestasi janin dan adanya
gestasi multiple, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta
2)
Urinalisis
Kultur, mendeteksi bakteri, BUN
3)
Pemeriksaan fungsi hepar
AST, ALT, dan kadar LDH
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan b/d frekuensi mual dan muntah berlebihan
b.
Defisit volumen cairan b/d
kehilangan cairan yang berlebihan
c.
Koping tidak efektif b/d
perubahan psikologi kehamilan
d.
Intoleransi aktivitas b/d
kelemahan
3.
Rencana Keperawatan
a.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan b/d frekuensi mual dan muntah berlebihan.
Tujuan :
Klien akan meingkatkan kebutuhan
nutrisinya, mampu mehanan makan dalam jumlah yang cukup untuk menopang atau
menahan dirinya dan pertumbuhan janin.
Kriteria :
·
Klien akan mengungkapkan selera
makan baik
·
Tidak ada rasa mual dan muntah
·
BB meningkat
Intervensi :
1)
Kaji frekuensi dan beratnya
mual dan muntah
Rasional :
2)
Timbang BB setiap hari
Rasional :BB penting untuk memonitor
proses terapi, perkembangan BB merupakan salah satu indikator adanya perbaikan
nutrisi
3)
Anjurkan makan dalam porsi
kecil tapi sering
Rasional : dapat mencukupi asuhan
nutrisi yang dibutuhkan tubuh
4)
Anjurkan untuk makan makanan
selingan seperti biscuit, roti dan teh hangat sebelum tidur pada siang hari
Rasional : makanan selingan dapat
mengurangi atau menghindari rangsangan mual dan muntah yang berlebih
5)
Pantau kadar hemoglobin dan
hematokrit
Rasional : mengidentifikasi adanya
anemia dan potensial penurunan kapasitas pembawa oksigen ibu.
b.
Defisit volume cairan b/d
kehilangan cairan yang berlebihan
Tujuan : klien akan mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit
Kriteria :
·
Mukosa bibir lembab
·
Turgor kulit baik
·
Output sesuai intake
·
Kadar elektrolit dalam batas
normal
Intervensi :
1)
Pantau tanda-tanda dan gejala
kekurangan cairan
Membran mukosa kering
Urine kuning kecoklatan
Turgor kulit jelek
Rasional :penurunan volume cairan yang
bersirkulasi menyebabkan kekeringan jaringan dan pemekatan urine merupakan
tanda dehidrasi
2)
Lakukan pemeliharaan kebersihan
mulut sebelum dan sesudah makan.
Rasional : mencegah perkembang biakan
kuman dan memberi rasa segar dan nyaman sehingga rasa mual kurang.
3)
Observasi tanda vital setiap 2
– 4 jam
Rasional : perubahan tanda vital
merupakan indikator adanya gangguan
keseimbangan cairan, tekanan darah menurun, nadi dan suhu yang meningkat
merupakan tanda dehidrasi hipovolemia.
4)
Anjurkan klien untuk minum
dalam jumlah kecil tapi sering
Rasional :Mengganti kekurangan cairan
yang keluar bersama-sama dengan muntah
5)
Kolaborasi tim medis untuk pemberian cairan parenteral dan pemberian
obat anti emetik bila memungkinkan
Rasional ; pemberian cairan
parenteral memperbaiki volume
cairan dan memungkinkan untuk mengganti
cairan.
b.
Cemas b/d koping tidak efektif,
perubahan psikologi kehamilan
Tujuan : setelah diberi penjelasan
terhadap proses penyakit diharapkan cemas hilang atau berkurang
Kriteria :
Klien nampak rileks
Koping efektif
Dapat beristirahat dengan tenang
Intervensi :
1)
Kontrol lingkungan klien dan
batasi pengunjung
Rasional : untk mencegah dan mengurangi
kecemasan
2)
Kaji tingkat fungsi psikologis
Rasional : untuk menjaga integritas
psikologis
3)
Berikan support psikologis
Rasional : untuk menurunkan kecemasan
dan membina rasa saling percaya.
4)
Berikan penguatan positif
Rasional : untuk meringankan pengaruh
psikologis akibat kehamilan
5)
Berikan pelayanan kesehatan
yang maksimal
Penting untuk meningkatkan kesehatan
mental klien
c.
Intoleransi aktivitas b/d
kelemahan
Tujuan : setelah diberikan pengarahan
diharapkan keletihan teratasi
Kriteria :
Energi bertambah
Dapat melakukan aktivitas sesuai
kebutuhan
Intervensi :
1)
Anjurkan klien membatasi
aktivitas dengan istirahat yang cukup
Rasional : menghemat energi dan
menghindari pengeluaran tenaga yang terus menerus untuk meminimalkan
kelelahan/kepekaan uterus
2)
Anjurkan klien untuk menghindari
mengangkat berat
Rasional : aktivitas yang ditoleransi
sebelumnya mungkin tidak dimodifikasi untuk wanita beresiko
3)
Bantu klien beraktifitas secara
bertahap
Rasional : aktivitas bertahp
meminimalkan terjadinya trauma serta meringankan dalam memnuhi kebutuhannya
4)
Anjurkan tirah baring yang
dimodifikasi sesuai indikasi
Laporan Pendahuluan Hipertropi Prostat
LAPORAN
PENDAHULUAN
HIPERTROPI
PROSTAT
1.
Defenisi
Hipertropi
Prostat adalah pembesaran dari kelenjar prostat yang disebabkan oleh
bertambahnya sel-sel glandular dan interstitial yang menyebabkan berbagai
derajat obstruksi uretral dan gangguan aliran urine, dan kebanyakan terjadi
pada umur lebih dari 50 tahun.
Hipertropi dari kelenjar periuretral ini
kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke penfer dan menjadi kasus.
2.
Etiologi
Ada beberapa teori yang
mengemukakan penyebab terjadinya hipertropi prostat antar lain :
1.
Teori sel Stem ( Isaacs )
Berdasarkan teori ini jaringan
prostat pada orang dewasa berada pada keseimbangan antara pertumbuhan sel dan
sel yang mati.Keadaan ini disebut Steady State. Pada jaringan prostat terdapat
sel stem yang dapat berproli serasi lebih cepat sehingga terjadi hiperplasia
kelenjar penuretral.
2.
Teori Mc Neal
Menurut
Mc Neal pembesaran prostat jinak dimulai
dari zona transisi yang letaknya sebelah proksimal dan spinater eksternal pada
kedua sisi verumen tatum di zona periuretral.
3. Teori Di Hidro Testosteron ( DHT )
Testosteron
yang diohasilkan oleh sel leyding jumlah testosteron yang dihasilkan oleh
testis kira-kira 90 % dari seluruh produksi testosteron. Sedang yang 10 %
dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Sebagian besar testosteron dalam keadaan
terikat dengan protein dalam bentuk serum.
Bendung hormon ( SBH ) sekitar 20 %
testosteron berada dalam keadaan bebas dan testosteron bebas inilah yang
memegang peranan peranan dalam proses terjadinya pembesaran prostat
testosteron bebas dapat masuk ke dalam
sel prostat dengan menembus membran sel ke dalam sitoplasma sel prostat
sehingga membentuk DHT heseplar kompleks yang akan mempengaruhi asam RNA yang
menyebabkan terjadinya sintyesis protein sehingga dapat terjadi profilikasi sel
3.
Faktor resiko
Pada umumnya terjadi pada pria yang berusia di atas 50
tahun dan mencapai puncak pada usia 80 tahun dan jarang terjadi pada usia di
bawah 40 tahun.
4.
Manifestasi klinik
Terbagi 4 grade yaitu
1.
Pada grade I ( Congstic )
a.
Mula-mula pasien berbula-bulan
atau bertahun-tahun susah kencing dan
mulai mengedan.
b.
Kalau miksi merasa puas.
c.
Urine keluar menetes dan
puncuran lemah.
d.
Nuctruria.
e. Urine keluar pada malam hari lebih dari
normal.
f. Ereksi lebih lama dari normal dan libida
lebih dari normal.
g. Pada Citoscopy kelihatan hiperemia dan
orifreum urether internal lambat laun terjadi varises akhirnya bisa terjadi
pendarahan (blooding).
2.
Pada Grade 2 (residual)
a.
bila miksi terasa panas
b.
nisoria nocturi bertambah berat
c. tidak dapat buang air kecil ( kencing tidak puas )
d. Bisa terjadi infeksi karena sisa air kencing
e. Tejadi panas tinggi dan bisa meninggal
f. Nyeri pad daerah pinggang dan menjalar
keginjal.
3.
Pada grade 3 ( retensi urine )
a.
Ischuria paradorsal
b.
Incontinential paradorsal
4.
Pada grade 4
a.
Kandung kemih penuh.
b.
Penderita merasa kesakitan.
c.
Air kencing menetes secara periodik yang disebut overflow
incontinential.
d. Pada pemeriksaan fisik yaitu palpasi
abdomen bawah untuk meraba ada tumor
kerena bendungan hebat.
e. Dengan adanya infeksi penderita bisa
meninggal dan panas tinggi sekitar
40-41 C.
f.
Kesadaran bisa menurun.
g.
Selanjutnya penderita bisa
koma
5.
Nyeri perineum
6.
Obstruksi rektal
7. Gangguan saraf akibat fraktur atau
penekanan patalogis pada tulang belakang
5.
Diagnosa keperawatan
1.
Gangguan eliminasi retensi
urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pembesaran prostat, dekompensasi
otot destrusor, ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontruksi dengan adekuat
ditandai frekuensi keraguan berkemih, ketidakmampuan mengosongkan kandung
kemih, distensi kandung kemih.
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa ,
ditandai : keluhan nyeri meringis,
gelisah.
3. Resiko kekurangan kekurangan volume cairan
berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh secara tidak normal, seperti
pendarahan melalui kateter, muntah .
4. Ansietas
berhubungan dengan perubahan status kesehatan, kemungkinan prosedur
bedah di tandai : peningkatan tekanan,ketakutan, kekhawatiran.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang proses penyakitnya ditandai : klien sering menanyakan tentang keadaan penyakitnya
6.
Komplikasi
1.
Pendarahan
2.
Incontinential.
3.
Batu kandung kemih
4.
Retensi urine
5.
Impotensi
6.
Epidemis.
7.
Haemoroid,hernia,prolaps,rektum
akibat mengedan
8. Infeksi saluran kencing di sebabkan karena
kateteriasasi
9.
Hidronefrosis
Patofisiologi dan penyimpangan KDM
Histologik/sifat jaringan
Beligna prostat hiperplasia
Penyempitan lumen uretrra dorsal
Tekanan intravaskuler meningkat
Muskulus destrossor berkontraksi kuat
Hipertropi otot distressor
Konpensasi otot distressor menurun
Pengeluaran urine tidak sempurna/
Urine tersisa dalam buli-buli
Komplikasi
mengedan Katerisasi
distensi kandung
kemih
Urine keluar menetes
Perubahan status kesehatan
Stressor bagi klien dan keluarga
Koping individu tidak efektif
7.
penatalaksanaan
a.
pembesaran prostat derajat
sedang dapat tidak diterapi atau diterapi dengan obat obat yang memperkecil
ukuran prostat atau melemahkan otot otot kandung kemih hal ini dapat
memperbaiki aliran urine.
b. Mungkin diperlukan tindakan bedah untuk
mengangkat jaringan hiperplastik agar urine dapat lewat secara adekuat.
c. Mungkin dapat dipasang kateter permanen
pada orang yang tidak ingin atau tidak dapat dioperasi .
d. Dianjurkan pemeriksaan rektum dengan jari
setiap tahun dan pemeiksaan antigen
spesifik prostat (prostate spesifik
antigen PSA). Untuk mengidentifikasi keganasan yang dapat muncul dan sel sel
hiperplastik.
8.
Asuhan keperawatan
A.
PENGKAJIAN
1. sirkulasi – peningkatan tekanan darah
(efek pembesaran ginjal)
2.
Eliminasi
–
penurunan kekuatan /dorangan
aliran urine
–
keragu-raguan berkemih awal.
–
Ketidak mampuan mengosongkan
kandung kemih
–
Nukturia, Disuria Dan
Hematurioa
–
ISK
berulang, riwayat batu (stetis urine)
–
Konstipasi
–
Massa pada dibawah abdomen.
–
Nyeri tekan kandung kemih.
–
Hernia ingiunalis
3.
Makanan dan Cairan
-
Anoreksia, mual, muntah
-
Penurunan berat badan
4.
Nyeri
-
nyeri supra pubis
-
nyeri panggul,punggung bawah.
5.
kecemasan : demam
6.
seksualisasi
-
Takut incontunesia atau menetes
selama hubungan seksual
-
Penurunan kontruksi ejakolansi
-
Pembesaran,
nyeri tekan pada prostat.
7.
Pemeriksaan Diagnostik
-
urinalisa sistoritgrafi
-
kultur urine sistogram
-
sitologi urine sistooretrosikopi
-
BUN/kreatinin Sistometri
-
IVP vetrasoond transickral
B.
Dianosa keperawatan.,intervensi dan rasional
DX 1 :
Gangguan eliminasi retensi
berhubungan dengan abstruksi mekanik,pembesaran prostat,dekonpensasi otot
destrossor.
Tujuan :
-
berkemih
dengan jumlah yang cukup tak teraba disertai kandung kemih.
-
Menunjukkan
residu pasca berkemih kurang dari 50 ml dengan tak adanya tetesan/kelebihan
aliran.
Intervensi
- Dorong
klien untuk berkemih tiap 2 sampai 4 jam.
Rasional : meminimalkan retensi urine berlebihan pada kandung kemih.
- Observasi
aliran urine . Perhatikan ukuran dari kekuatan
Rasional: berguna untuk
mengevaluasi obstruksi dan piulihan intervensi
- Awasi
dan catat waktu,jumlah tiap berkemih.
Perhatikan penurunan
pengeluaran urine dan perubahan berat jenis .
Rasional: retensi urinr meningkatkan tekanan dalam
saluran perkemihan bagian atas yang dapat mempengaruhi ginjal.
- Anjurkan
untuk minum air 3000 ml/hari
Rasional: peningkatan aliran
cairan mempertahankan perfusi ginjal dan membersihkan ginjal, kandung kemih
dari pertumbuhan bakteri.
- lakukan kateterisasi dan perawatan parianal
Rsaional:
menurunkan resiko infeksi asendens
- Kolaborasi pemberian
v Obat anti spasmodik
v Sipasitoria rektal
v Antibiotik
DX 2
Nyeri berhubungan dengan iritasi
mukosa, distensi kandung kemih,kolik ginjal,infeksi urinaria.
Tujuan :
-
Melaporkan nyeri hilang /
terkontrol
-
Tampak rileks.
-
Mampu
untuk tidur/istirahat dengan tepat
Intervensi
1.
Kaji tingkat nyeri
Rasional: memberi informasi dalam keefektifan
intervensi
2. Plester selang drainase pada paha dan
keteter pada abdomen
Rasional:
mencegah penarikan kandung kemih dan erosi pertemuan penis skrotal.
3.
Pertahankan tirah baring
Rasional:
mungkin diperlukan pada awal retensi akut namun ambulasi dini dapat memperbaiki
pola berkemih normal.
DX 3
Resiko kekurangan volume
cairan berhubungan dengan drainase kandung
kemih yang terlalu distensi secara kronik.
Tujuan :
-
mempertahankan
hidrasi adekauat dibuktikan oleh tanda vitat stabil,nadi perifer
teraba,pengisian kapiler baik membran mukosa lembab
Intervensi
1.
Awasi output cairan tiap jam
dan catat pengeluaran urine
Rasional: Diuresis cepat dapat
mengakibatkan kekurangan volume total cairan karena tidak cukupnya jumlah
natrium diabsorpsi dalam tubulus ginjal.
2. Anjurkan infek oral berdasarkan kebutuhan
individu
Rasional: hemostatis, pengurangan cadangan dan
peningkatan resiko dehidrasi hipopolemik
3. Awasi tekanan darah dan nadi obserfasi
pengisian kafiler dan membran mukosa oral.
Rasional
: deteksi dini adanya hipopolemik sistem
4.
Kolaborasi
Pemberian
cairan IV ( menggantikan cairan dan natrium yang hilang untuk mencegah /
memperbaiki hipopolemik.
DX 4
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
kemungkinan prosedur bedah.
Tujuan:
-
Tampak rileks
- Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat
dapat ditangani
- Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang
situasi
Intervensi
- Bina hubungan saling percaya pada pasien atau keluarganya selalu ada
di dekat pasien.
Rasional: menunjukkan perhatian dan keinginan untuk
membantu
- Berikan informasi tentang
prosedur dan tes khusus dan apa yang akan terjadi contoh; kateter urine berdarah
Rasional:
membantu pasien maemahami tujuan dari apa yang
dilakukan dan mengurangi masalah kesehatan karena ketidaktahuan termasuk
ketakutan akan kanker
- Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan masalah
Rasional:
mendefenisikan masalah memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan,
memperjelas kesalahan konsep dan solusi
pemecahan masalah.
DX 5
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses pengobatan.
Tujuan:
-
menyatakan pemahaman proses
penyakit.
-
Berpartisipasi dalam proses
pengobatan
Intervensi
- kaji ulang proses penyakitb pengalaman pasien
Rasional:
memberikan dasar pengetahuan di mana pasien dapat membuat pilihan informasi
terapi.
- Dorong menyatakan rasa takut/perasaan dan perhatian.
Rasional: membantu pasien
mengalami perasaan dapat merupakan
rehabilitasi vital.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8 Vol. 3. EGC; Jakarta.
Doenges, Moorhouse & Geissler. 2001. Rencana
Asuhan Keperawatan. EGC; Jakarta.
Price
& Wilson. 1995. Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. EGC;
Jakarta
Langganan:
Postingan (Atom)