BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.
KONSEP MEDIS
A. DEFENISI
Persalinan adalah suatu
proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila tidak dikelola dengan
tepat dapat berubah menjadi abnormal.
Persalinan adalah suatu
proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
B.
ETIOLOGI
Penyebab pasti partus masih
merupakan teori yang kompleks antara lain oleh factor hormonal, pengaruh
prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi,
perubahan biokimia antara lain penurunan kadar hormone estrogen dan
progesteron.
Dalam persalinan ada dua
hormon yang mempengaruhi dan dominan yaitu:
1) Hormon estrogen :
Meningkatkan sensitifitas otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari
luar seperti oxcytoksin, prostaglandin, dan rangsangan mekanisme.
2) Hormon progesteron :
Menurunkan sensitifitas otot rahim, menghambat rangsangan dari luar menyebabkan
relaksasi otot dan otot polos.
Teori yang menimbulkan adanya persalinan
1) Teori keregangan :
Keregangan otot rahim mempunyai batas tertentu oleh karena itu setelah melewati
batas tertentu akan terjadi kontraksi.
2) Teori penurunan progesteron
: Proses penuaan plasenta, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat,
penyempitan pembuluh darah, sehingga terjadi kebuntuan menyebabkan produksi
progesteron mengalami penurunan.
3) Teori oxcytoksin internal :
Keseimbangan progesteron dan estrogen, meningkatkan pengeluaran oxcytoksin dan
mengakibatkan peningkatan aktivitas kontraksi rahim.
4) Teori prostaglandin :
Peningkatan prostaglandin sejak hamil 15 minggu dikeluarkan decidua dan
prostaglandin sebagai pemicu terjadinya persalinan.
5) Tekanan kepala
bayi pada ganglion cervikalis dan fleksus franken house dapat menimbulkan
kontraksi rahim dan reflek mengejan.
C. KLASIFIKASI
1) Persalinan spontan : bila
persalinan seluruhnya dengan kekuatan ibu sendiri.
2) Persalinan
buatan : bila persalinan dengan bantuan tenaga dari luar yaitu alat
forceps, vacum, dan sectio caesarea
3) Persalinan anjuran : bila
kekuatan untuk persalinan diambilkan dari luar dengan jalan rangsangan yaitu :
dengan induksi, amniotomi, dan lain-lain.
D. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya
persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat menyebabkan nyeri. Ini
dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim, penurunan progesteron,
peningkatan oxytoksin, peningkatan prostaglandin, dan tekanan kepala bayi.
Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan SAR dan penipisan SBR.
Penipisan SBR menyebabkan pembukaan servik. Penurunan kepala bayi
yang terdiri dari beberapa tahap antara lain enggament, descent, fleksi, fleksi
maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi kepala janin, rotasi eksterna.
Semakin menurunnya kepala
bayi menimbulkan rasa mengejan sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat
menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri. Setelah
bayi lahir kontraksi rahim akan berhenti 5-10 menit, kemudian akan berkontraksi
lagi. Kontraksi akan mengurangi area plasenta, rahim bertambah kecil, dinding
menebal yang menyebabkan plasenta terlepas secara bertahap.
Dari berbagai implantasi
plasenta antara lain mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan lahir
sebagai tempat invasi bakteri secara asending yang dapat menyebabkan terjadi
risiko tinggi infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka produksi estrogen dan progesteron
akan mengalami penurunan, sehingga hormon prolaktin aktif dan produksi laktasi
dimulai.
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda Persalinan akan
terjadi, maka menunjukkan tanda khusus bahwa persalinan sudah dekat yaitu :
1) Terjadi lightening
Menjelang
kehamilan 36 minggu pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena
kepala bayi mulai masuk PAP yang disebabkan oleh :
a) Adanya kontraksi uterus
Braxton Hick
b) Ketegangan dinding perut
c) Ketegangan ligamen rotundum
d) Gaya berat janin dimana
kepala ada di bawah
e) Semua ini dirasakan oleh
ibu dengan rasa sesak berkurang, bagian bawah rasa berat, terjadi kesulitan
berjalan dan sering kencing.
2) Terjadi his pendahuluan
Makin
tuanya kehamilan pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang sehingga
menimbulkan kontraksi lebih sering yang disebut his palsu, sifatnya :
a) Pasien nyeri ringan di
perut bagian bawah
b) Datangnya tidak teratur dan
durasinya lebih pendek
c) Tidak bertambah bila
beraktivitas
Gejala-gejala Persalinan :
a) Adanya his (kontraksi
rahim)
Sering
dan teratur dengan frekuensi yang makin pendek dan sifatnya hilang timbul, his
dirasakan dari perut bagian bawah menjalar ke pinggang dan berpengaruh terhadap
pembukaan servik.
b) Pengeluaran lendir dan
darah
Adanya
his terjadi perubahan servik berupa pendataran, penipisan dan pembukaan
sehingga timbul perdarahan akibat kapiler yang pecah, tanda ini disebut Bloody
Show.
c) Adanya ketuban pecah
Pecahnya
ketuban diharapkan persalinan terjadi dalam 24 jam.
d) Adanya perubahan servik :
servik makin lunak, penipisan dan pembukaan.
F. TAHAP-TAHAP PERSALINAN
Selama proses persalinan terbagi menjadi 4 tahap (kala),
yaitu
1)
Kala I
Kala
I dibagi atas 2 fase :
a. Fase laten : berlangsung
lambat, pembukaan 0-3 cm lamanya ±7-8 jam .
b. Fase aktif : berlangsung
cepat, lamanya ±6 jam, fase aktif dibagi menjadi 3 :
a) Akselerasi : ±2 jam (4-6
cm)
b) Dilatasi : ±2 jam (7-8 cm)
c) Deselerasi : ±2 jam (9-10
cm)
Tanda dan gejala :
a) HIS adekuat
b) Pembukaan minimal 3 cm
c) Ibu sudah mulai merasakan
nyeri
d) Keluar lendir bercampur
darah
Tindakan :
-
Anjurkan
klien jalan-jalan (apabila klien tidak terlalu merasakan nyeri),
istirahat/tirah baring (apabila klien merasakan nyeri).
-
Perhatikan
intake
2)
Kala II
Dimulai
dari pembukaan lengkap (10 cm), sampai bayi lahir. Waktunya :
a. Primi para : ±60 menit
b. Multi para : ±30 menit
Tanda
dan gejala :
a) Labia mayora dan minora
(fulfa) dan anus membuka
b) Kepala sudah nampak di
fulfa
c) Perineum menonjol
d) Pembukaan lengkap 10 cm
e) HIS semakin kuat dan
teratur
f) Perasaan ingin BAB
Tindakan
:
- Perhatikan intake
- Anjurkan istirahat
- Atur posisi ibu (mengedan) berdiri-jongkok
- Atur posisi ibu dorse
- Pimpin ibu untuk mengedan
- Perhatikan vagina toucher
(jangan terlalu sering lakukan vagina toucher)
- Kosongkan kandung kemih dan
rectum
3)
Kala III
Merupakan
kala pelepasan/pengeluaran plasenta. Waktunya :
a. Primi para : ±30 menit
b. Multi para : ±15 menit
Tanda
dan gejala :
a) Keluar darah secara
tiba-tiba
b) Uterus membulat
c) TFU setinggi pusar
d) Tali pusar semakin
memanjang
Tindakan
:
- Lakukan management aktif
- Lakukan peregangan tali
pusar tak terkendali
- Injeksi oksitosin
4)
Kala IV
Masa
dua jam setelah persalinan, masa ini untuk melakukan observasi karena sering
terjadi perdarahan 2 jam pertama setelah persalinan. Hal-hal yang
perlu diobservasi adalah:
a. Keadaan umum ibu
b. Tanda-tanda vital
c. Kontraksi uterus dan tinggi
fundus uteri
d. Jumlah perdarahan
Selama
persalinan perdarahan yang normal tidak lebih dari 400 cc.
Tindakan :
- Perhatikan intake
- Hindari mobilisasi 8 jam
- Anjurkan perawatan nifas
- Perhatikan ruftur (robekan)
G. FAKTOR-FAKTOR DALAM PROSES
PERSALINAN
1) Faktor-faktor yang terlibat
dalam persalinan adalah:
a. Power (kekuatan yang
mendorong janin keluar):
a) His (kontraksi uterus):
gerakan memendek dan menebal otot-otot rahim yang terjadi untuk sementara
waktu.
b) Retraksi: pemendekan
otot-otot rahim yang menetap setelah terjadi kontraksi
c) Tenaga sekunder (mengejan):
kontraksi otot-otot dinding perut dan diafragma serta ligmentous action
terutama ligament rotundum
2) Passages (jalan lahir):
tulang panggul, serviks, vagina dan dasar panggul
3) Passenger (janin): kepala
janin, plasenta, selaput dan cairan ketuban.
4) Psikologis ibu.
5) Penolong .
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1)
Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan urine protein
(Albumin)
Untuk
mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun adanya gangguan pada
ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
b. Pemeriksaan urin gula
Menggunakan
reagen benedict dan menggunakan diastic.
c. Pemeriksaan darah
2)
Ultrasonografi (USG)
Alat
yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan gambaran dari janin,
plasenta dan uterus.
3)
Stetoskop Monokuler
Mendengar
denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar DJJ, daerah tersebut
disebut fungtum maksimum.
4)
Memakai alat Kardiotokografi (KTG)
Kardiotokografi
adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi frekuensi jantung janin dan
tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi uterus kemudian keduanya direkam
pada kertas yang sama sehingga terlihat gambaran keadaan jantung janin dan
kontraksi uterus pada saat yang sama.
I. 60 LANGKAH ASUHAN
PERSALINAN NORMAL
1) Melihat tanda dan gejala
persalinan kala II
a. Ibu
mempunyai keinginan untuk meneran
b. Ibumerasa
tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
c. Perineum
menonjol
d. Vulva
vagina dan sfingter ani membuka
2) Memastikan perlengkapan,
bahan, dan obat-obatan esensisal siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10
unit dan menempatkan tabumg suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3) Mengenakan baju penetup
atau celemek plastic yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan
yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih
yang mengalir dan megeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang
bersih.
5) Memakai sarung tangan DTT
atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6) Mengisap oksitosin 10
unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan desinfeksi tingkat
tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah desinfeksi
tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).
7) Membersihkan vulva dan
perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan
kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut
vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya
dengan saksama dengan caraa menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau
kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika
terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam
larutan terkontaminasi).
8) Dengan menggunakan teknk
aseptic, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks
sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah
lengkap, lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung
tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan yang
kotor kedalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.
10) Memeriksa denyut jantung
janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
normal (120-160x/menit).
11) Memberi tahu ibu pembukaan
sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang
nyaman sesuai dengan keinginannya.
a. Menunggu
hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan
dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
dekontaminasikan temuan-temuan.
b. Menjelaskan
kepada anggota keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
12) Meminta bantuan keluarga
untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
13) Melakukan pimpinan meneran
saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
a. Membimbing ibu untuk
meneran saai ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b. Mendukung dan memberi
semangat atas usaha ibu untuk meneran.
c. Menganjurkan ibu untuk
beristirahat diantara kontraksi.
d. Menganjurkan keluarga untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu.
e. Menilai DJJ setiap 5 menit.
f. Jika bayi belum lahir atau
kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran
untuk ibu primi para atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, rujuk segera.
Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.
g. Menganjurkan ibu untuk
berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin
menerann dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak
kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
h. Jika bayi belum lahir atau
kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu
dengan segera.
14) Jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5 -6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu
untuk mengeringkan bayi.
15) Meletakkan kain yang bersih
yang dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT
atau steril pada kedua tangan.
18) Saat kepala bayi membuka
vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang
dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekana
yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, mwmbiarkan kepala keluar
perlahan-lahan. Menganjurkan ibu unutk meneran perlahan-lahan atau bernapas
cepat saat kepala lahir.
19) Dengan lembut menyeka muka,
mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih.
20) Memeriksa lilitan talu
pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, kemuadian
meneruskan segera proses kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit
leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit
leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi
melakukan outaran paksi luar secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan
putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan
ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah
bawah dan ke arah luar hungga bahu anterior muncul di bawah arcus pubis dan
kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan
bahu posterior.
23) Setelah kedua bahu
dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah
ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangam
tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum,
gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi
saat keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dari lengan
lahir, menelusurkan tangannyang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah
kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
25) Menilai bayi dengan cepat
(dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi
kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,
meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan) Bila bayi mengalami asfiksia,
lakukan resusitasi.
26) Segera membungkus kepala
dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu -bayi. Lakukan
penyuntikan oksitosin /i.m.
27) Menjepit tali pusat
menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali
pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem
pertama.
28) Memegang tali pusat dengan
satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua
klem tersebut.
29) Mengeringkan bayi,
mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang
bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika
bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.
30) Memberikan bayi kepada
ibunya dan menganjurkna ibu untuk memeluk bayinya dengan memulai
pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
31) Meletakkan kain yang bersih
dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya
bayi kedua.
32) Memberi tahu kepada ibu bahwa
ia akan disuntuk.
33) Dalam waktu 2 menit setelah
kelahiran bayi, berikan suntukan oksitosin 10 unit i.m di gluteus atau 1/3 atas
paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
34) Memindahkan klem pada tali
pusat.
35) Meletakkan satu tangan di
atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan
tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilakn uterus. Memegang
tali pusat dan klem dengan tangan yang lain
36) Menunggu uterus
berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat
dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus
dengan cara menekan uterus ke atas dan belakang (dorsokranial) dengan hati-hati
untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30 -40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
kontraksi berikut mulai.
a. Jika uterus tidak
berkontraksi, meminta ibu atau seotang anggota keluarga untuk melakukan
rangsangan puting susu.
37) Setelah plasenta terlepas, meminta
ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah
atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah
pada uterus.
a. Jika tali
pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 -10 c, dari
vulva.
b. Jika plasenya
tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit :
a) Mengulangi pemberian
oksitosin 10 unit i.m
b) Menilai kandung kemih dan
dilakukan kateterisasi kanding kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
c) Meminta keluarga untuk
menyiapkan rujukan.
d) Mengulangi penegangan tali
pusat selama 15 menit berikutnya
e) Merujuk ibu jika plasenta
tidak lahir dalam wakti 30 menit sejak kelahiran bayi.
38) Jika plasenta terlihat di
introitus vagina, melanjutkan kelahiran plaenta dengan menggunakan kedua
tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahah melahirkan
selaput ketuban tersebut.
39) Segera setelah plasenta dan
selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, melakukan telapak tangan di
fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi.
40) Memeriksa kedua sisi
plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk
memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan
plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
41) Mengevaluasi adanya
laserasi pada vagina dan perineum dan sgera menjahit laserasi yang mengalami
perdarahan aktif.
42) Menilai ulang uterus dan memastikannya
berkontraksi dengan baik
43) Mencelupkan kedua
tangannyang memakai sarung tangan ke larutan klorin 0,5 % membilas kedua tangan
yang masih bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkan dengan kain yang bersih dan kering.
44) Menempatkannklem tali pusat
desinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali desinfeksi tingkat
tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45) Mengikatkan satu lagi
simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
46) Melepaskan klem bedah dan
meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%.
47) Menyelimuti kembali bayi
dan menutupi bagian kepalanha. Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
48) Menganjurkan ibu untuk
memulai pemberian ASI.
49) Melanjutkan pemantauan
kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam.
a. 2-3 kali dalam 15
menit pertama pascapersalinan
b. Setiap 15 menit
pada 1 jam pertama pascapersalina
c. Setiap 20-30 menit
pada jam kedua pascapersalinan.
d.Jika uterus tidak
berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana
atonia uteri
e. Jika
ditemukannlaserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan
anastesi lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.
50) Mengajarkan pada
ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan
darah
52) Memeriksa tekanan darah,
nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selamam satu jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan
a. Memeriksa temperatur tubuh
ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan.
b. Melakukan tindakan yang
sesuai untuk temuan yang tidak normal
53) Menempatkan semua peralatan
di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi selama 10 menit. Mencuci dan
membilas peralatan setelah dekontaminasi.
54) Membuang bahan-bahan yang
terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai
55) Membersihkan ibu dengan
menggunakan air desinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban,
lendir,ndan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56) Memastikan bahwa ibu
nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu
minuman dan makanan yang diinginkan.
57) Mendekontaminasi daerah
yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas
dengan air bersih.
58) Mencelupkan sarung
tanganbkotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
59) Mencuci kedua tangan dengan
sabun dan air mengalir
60) Melengkapi partograf.
J. KOMPLIKASI DALAM PERSALINAN
1) Persalinan lama
2) Perdarahan pasca persalinan
3) Malpresentasi dan malposisi
4) Distosia bahu
5) Distensi uterus
6) Gawat janin
7) Prolapsus tali pusat
8) Demam dalam persalinan
9) Demam pasca persalinan
2.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
KALA I
A.
Pengkajian
Secara Khusus :
1) Memeriksa tanda-tanda
vital.
2) Mengkaji kontraksi tekanan
uterus dilatasi cerviks dan penurunan karakteristijk yang mengambarkan
kontraksi uterus :
a. Frekwensi
b. Internal
c. Intensitas
d. Durasi
e. Tonus istirat
3) Penipisan cerviks,evasemen mendahului
dilatasi cerviks pada kehamilan pertama dan seriong diikuti pembukaan dalam
kehamilan berikutnya.
4) Pembukaan cerviks adalah
sebagian besar tanda-tanda yang menentukan bahwa kekuatan kontraksi uterus yang
efektif dan kemajuan persalinan.
5) Palpasi abdomen (Leopold)
untuk memberikan informasi jumlah fetus,letrak janin,penurunan janin.
6) Pemeriksaan Vagina:
membran,cerviks,foetus,station.
7) Tes diagnostik dan
laboratorium
a. Specimen urin.
b. Tes darah.
c. Ruptur membran.
d. Cairan amnion : Warna
,karakter dan jumlah
B. Diagnosa Keperawatan
Fase Laten
1) Nyeri b/d kontraksi uterus
2) Ketakutan b/d persalinan
dan menjelang kelahiran
Fase Aktif
1) Defisit volume cairan b/d
intake cairan yang tidak adekuat
2) Cemas b/d ketidaktahuan
tentang situasi persalinan, nyeri pada saat persalinan
C. Intervensi Keperawatan
Fase laten .
1) Nyeri b/d kontraksi uterus.
Tujuan
: Klien mampu menyesuaikan diri dengan nyeri yang dirasakan akibat peningkatan
kontraksi uterus
Intervensi
dan Rasional :
a.
Observasi
DJJ,his,pembukaan jalan lahir
R:
Suatu gambaran mengenai kemajuan proses persalinan.
b.
Ajarkan
teknik relaksasi
R :
Untuk mengurangi nyeri
c.
Ajarkan
ibu teknik mengedan yang baik
R:
agar ibu tau cara mengedan yang baik
d.
Lakukan
masase pada tulang belakang saat adanya his
R:
mengurangi nyeri pada ibu
e.
Anjurkan
ibu untuk makan dan minum saat tidak adanya his
R:
memenuhi cairan dan nutrisi pada ibu untuk persiapan persalinan.
2) Ketakutan b/d persalinan
dan menjelang kelahiran
Tujuan
: Klien tidak takut dalam menjalani persalinan
Intervensi:
a. Perkenalkan diri pada klien
dan berikan suport
R:
Memperkenalkan diri merupakan salah satu pendekatan kepada klien dan suport
yang diberikan dapat menambah semangat hidup klien dalam menanti kelahiran
b. Komunikasikan peran seperti
support perawatan dan pengetahuan perawat secara verbal dan non verbal
R:
Ibu akan lebih mengerti dan memahami tentang persalinan, peran perawat sehingga
akan mengurangi rasa takut dan klien akan tenang
c. Orientasikan klien ke
lingkungan ( tempat persalinan )
R:
Orientasi terhadap lingkungan membuat klien lebih mengetahui dan dapat
beradaptasi dengan lingkungan tempat persalinan sehiungga akan mengurangi rasa
takut
Fase
aktif
1) Defisit volume cairan b/d
intake cairan yang tidak adekuat
Tujuan
: volume cairan adekuat
Intervensi
:
a.
Pertahankan
kalori dan elekrolit
R:
Kalori dibutuhkan sebagai sumber energi selama proses persalinanuntuk mencegah
dehidrasi
b.
Anjurkan
minum air putih selama proses persalinan jika tidak ada mual dan muntah
R:
Memenuhi kebutuhan tubuh akan cairan dan elekrolit
c.
Berikan
cairan IV secara rutin (dextrosa 5 dan RL)
R:Cairan
lebih cepat diabsorbsi melalui lambung dibandingkan dengan makanan padat dan
untuk mencegah dehidrasi
2) Cemas b/d ketidaktahuan
tentang situasi persalinan, nyeri pada saat persalinan
Tujuan
: klien akan mengungkapkan cemas teratasi
Intervensi
:
a. Jelaskan prosedur sebelum
memulai melakukan tindakan
R:
Mengingatkan pasien untuk mengendalikan dan mempersiapkan mentalnya, hal ini
akan mengurangi kecemasan yang dialami
b. Beri gambaran yang jelas
tentang proses persalinan
R:
Dengan gambaran yang jelas tentang persalinan, ibu akan lebih memahami dan
mengerti tentang proses persalinan sehingga akan mengurangi perasaan takut dan
pasien akan tenang
KALA II
A.
Pengkajian
1) Tanda yang menyertai kala
II
Keringat
terlihat tiba-tiba diatas bibir, adanya mual, bertambahnya perdarahan, gerakan
ekstremitas, pembukaan serviks, his lebih kuat dan sering, ibu merasakan
tekanan pada rektum, merasa ingin BAB, ketuban +/-, perineum menonjol, anus dan
vulva membuka, gelisah mengatakan saya ingin BAB< usaha keras tanpa
disadari, pada waktu his kepala janin tampak di vulva.
2) Melakukan monitoring
terhadap :
His
( frekuensi, kekuatan, jarak, intensitas ), keadaan janin ( penurunan janin
melalui vagina), kandung kemih penuh/tidak, nadi dan tekanan darah.
3) Durasi kala II → kemajuan
pada kala II :
Primigravida
berlangsung 45– 60 menit , multipara berlangsung 15 – 30 menit
B.
Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri b/d mengedan dan
meregangnya perineum
2) Gangguan konsep diri b/d
hilangnya kontrol tubuh untuk BAB
3) Resiko tinggi cedera pada
ibu dan janin b/d penggunaan secara tetap manuver palpasi, posisi kaki tidak
tepat, tindakan yang salah dari penolong
C.
Intervensi Keperawatan
1) Nyeri b/d mengedan dan
meregangnya perineum
Tujuan
: ibu dapat menyesuaikan diri dengan nyeri yang dia rasakan
Intervensi:
a. Ajarkan teknik relaksasi
R:
untuk mengurangi nyeri
b. Atur posisi ibu dengan
posisi dorsal recumbent
R:
Mempermudah kelancaran proses persalinan.
c. Ajarkan ibu cara mengedan
yang baik
R:
Memudahkan penurunan bagian terendah janin
d. Amati dan pantau kemajuan
kala 2
R:
Membantu mendapatkan gambaran jelas tentang kemajuan kala II
2) Gangguan konsep diri b/d
hilangnya kontrol tubuh untuk BAB
Tujuan
:
- persepsi ibu terhadap
pengalamannya melahirkan akan bersifat positif
- ibu akan berhenti terhadap
kemungkinan BAB selama melahirkan
- ibu menerima pergerakan
bowel pada saat melahirkan sebagai suatu yang normal
Intervensi :
a. Beritahukan pada ibu, bahwa
merupakan suatu hal yang biasa bagi ibu untuk memiliki pergerakan bowel selama
melahirkan
R:
Motilitas gastro entestinal menurun dalam persalinan dan usaha yang ekspulsif
diiringi penurunan bagian terendah janin menyebabkan pengeluaran tinja
b. Bila tinja keluar,
bersihkan secepatnya dan menyumbat bila mungkin, sementara ibu memberikan
timbal balik yang positif dalam usaha mengedan.
3) Resiko tinggi cedera pada
ibu dabn janian b/d penggunaan secara tetap manuver palpasi, posisi kaki tidak
tepat, tindakan yang salah dari penolong
Tujuan
: tidak terjadi cedera padsa ibu maupun janin
Intervensi:
a. Bantu ibu bentuk posisi
yang nyaman yaitu posisi setengah duduk dengan bahu dan pungung yang ditopang
oleh seorang anggota keluarga.
b. Periksa denyut nadi setiap
15 menit dan ukur tekanan darah
c. Periksa DJJ antara
tiap-tiap kontraksi
d. Yakinkan ibu dengan kata-kata
langsung dan dengan cara yang menyenangkan dan rileks
e. Bila perinium menonjol,
anus membuka kepala anak terlihat didepan vulva saat kontraksi dan tidak
masuk maka penolong akan mulai memimpin persalinan
f. Penolong cuci tangan dan
menggunakanm sarung tangan steril
g. Jika ada dorongan untuk
meneran bantulah persalinan :
a) Melahirkan kepala
b) Periksa lilitan tali pusat
pada leher
c) Melahirkan bahu depan dan
belakang
d) Melahirkan badan bayi
e) Men jepit tali pusat dengan
2 klem dan gunting diantara kedua klem tersebut
f) Menaikan bayi lebih tinggi
dari perut ibu dan menaruh diatas perut ibu
g) Melakukan palpasi abdomen
untuk mengetahui kemungkinan adanya janin yang lain
h) Injeksi oksitoksin
KALA III
A.
Pengkajian
1)
Pelepasan plasenta ditandai oleh tanda-tanda berikut:
a. Adanya kontraksi vunds yang
kuat
b. Perubahan pada bentuk
uterus dari bentuk lonjong ke bentuk bulat pipih sehingga plasenta bergerak
kebagian bawah
c. Keluarnya darah hitam dari
introuterus
d. Terjadinya perpanjangan
taliu pusat sebagai akibat plasenta akan keluar.
e. Penuhnya vagina (plasenta
diketahui pada pemeriksaan vagina atau rektal , atau membran poetus terlihat
pada introitus).
2)
Status Fisik mental
Perubahan
secara Psikologi setelah melahirkan akan dijumpai , curah jantung meningkat
dengan cepat pada saat sirkulasi maternal ke plasenta berhenti.didapatkan
melalui pemeriksaan:
a. Suhu, nadi, dan pernafasan
b. Pemeriksaan terhadap
perdarahan : warna darah dan jumlah darah
3)
Tanda-tanda masalah potensial
Saat
praktisi keperawatan primer mengeluarkan plasenta perawat mengobservasi tanda-tanda
dari ibu, perubahan tingkat kesadaran atau perubahan pernafasan
B.
Diagnosa keperawatan
1) Koping individu tidak
efektif b./d. selesainya proses persalinan yang berbahaya bagi neonatus dan
kurang pengalaman merasakan tahap ketiga persalinan
2) Resiko perdarahan b/d
plasenta belum lahir.
3) Resiko defisit velume
cairan b/d penurunan intake cairan yang hilang salam proses persalinan
C.
Intervensi Keperawatan
1)
Koping individu tidak efektif b./d. selesainya proses
persalinan yang berbahaya bagi neonatus dan kurang pengalaman merasakan tahap
ketiga persalinan
Tujuan
:
Pasien
berpartisipasi secara aktif dalam pengeluaran plasenta
Intervensi:
a. Jelaskan pada ibu dan
suaminya apa yang dioharapkan dalam tahap ke 3 dari persalinan
R:
Untuk mendapatkan kerja sama
b. Pertahankan posisi ibu
R:
Untuk memudahkan lahirnya plasenta
c. Tanyakan pada ibu jika ia
ingin mengeluarkan plasenta dengan cara khusus
R:
Mengikuti kebiasan budaya tertentu
2)
Resiko perdarahan b/d plasenta belum lahir
Tujuan
: tidak terjadi perdarahan dan plasenta lahir sempurna
Intervensi
a. Kosongkan kandung kemih
R:
Agar tidak menekan jalan lahir dan plasenta lahir lengkap
b. Berikan masase pada fundus
uteri.
R:
mempertahankan kontraksi uterus sehingga plasenta dapat lahir
c. Lihat tanda lepasnya
plasenta
R:
mengetahui lepasanya plasenta dari endometrium
d. Lakukan pemeriksaan jalan
lahir
R:
Untuk mengetahui apakah ada robekan jalan lahir
e. Awasi perdarahan dan jalan
lahir
R:
Untuk mengawasi perdarahan yang terjadi.
3)
Resiko defisit velume cairan b/d penurunan intake cairan
yang hilang salam proses persalinan
Tujuan
: keseimbangan cairan diperetahankan dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi:
a. Monitor kehilangan
cairan(darah urtine, pernafasan ) dan tanda-tanda vital, inspeksi turgor kulit
dan membran mukosa terhadap kekeringan
R:
Untuk menilai status hidrasi.
b. Berikan cairan secara
oral/parenteral sesuai anjuran dokter
R:
Untuk mempertahankan hidrasi
c. Monitor keras lembutnya
uterus setelah lepasnya plasenta
R:
Untuk memastikan kontraksi uetrus yang adekuat dan mencegah kehilangan darah
lebih lanjut
d. Berikan obat-obatan sesuai
anjuran dokter
R
Untuk membantu kontraksi uterus
KALA IV
A.
Pengkajian
Pemeriksaan pada kala IV
1) Tanda tanada vital
Vital
sign dapat memberikan data dasar untuk diagnosa potensial,komplikasi seperti perdarahan
dan hipertermia.
Pada
kala IV observasi vital sign sangat penting untuk mengetahui perubahan setelah
melahirkan seperti : pulse biasanya stabil sebelum bersalin selama 1 jam
pertama dan mengalami perubahan setelah terjadi persalinan yaitu dari cardiovaskuler.
2) Pemeriksaan fundus dan
tingginya,selama waktu itu pengosongan kandung kemih mempermudah pengkajian dan
hasilnya lebih tepat.
3) Kandung kemih
Dengan
observasi dan palpasi kandung kemih. Jika kandung kemih menengang akan mencapai
ketinggian suprapubik dan redup pada perkusi. Kateterisasi mungkin diperlukan
mencegah peregangan kandung kemih dan retensi kandung kencing jika klien tidak
bisa kencing.
4) Lochia
Jumlah
dan jenis lochea dikaji melalui observasi perineum ibu dan kain dibawah bokong
ibu. Jumlah dan ukuran gumpalan darah jika dilihat dicatat hasil dan bekuannya.
5) Perineum
Perawat
menanyakan kepada ibu atau menganjurkan untuk mengiring dan melenturkan kembali
otot otot panggul atas dan dengan perlahan-lahan mengangkat bokong untuk
melihat perineum.
6) Temperatur
Temperatur
ibu diukur saat satu jam pertama dan sesuaikan dengan keadaan temperatur
ruangan. Temperatur biasanya dalam batas normal selama rentang waktu satu jam
pertama,kenaikan pada periode ini mungkin berhubungan dengan dehidrasi atau kelelahan.
7) Kenyamanan
Kenyamannan
ibu dikaji dan jenis analgetik yang didapatkan selama persalinan akan
berpengaruh terhadap persepsi ketidak nyamanannya
8) Tanda-tanda potensial
masalah
Karena
pendarahan dapat menyebabkan potensial masalah komplikasi,perawat harus waspada
adanya potensial komplikasi
B. Diagnosa . Keperawatan
1)
Resiko kekurangan volume cairan ( perdarahan ) b/d Atonia
uteri setelah melahirkan
2)
Nyeri b/d terputusnya kontuinitas jaringan akibat proses
persalinan
3)
Kelelahan b/d proses persalinan
C. Intervensi Keperawatan
1)
Resiko
kekurangan volume cairan ( perdarahan ) b/d Atonia uterus setelah melahirkan
Tujuan
: Perdarahan tidak terjadi sampia klien pulang
Intervensi
:
a. Monitor VS, warna kulit,
dan tonus uterus
R:
Penting untuk mengidentifikasi perubahan dalam vital sign dan tonus uterus
segara untuk menghentikan perdarahan post
b. Kaji posisi uterus dan
lokhia yang keluar, masagge vundus uterus
R:
Jika fundus tidak dirasakan pada pertengahan setinggi umblikus, ini menunjukan
distansia blas, Masase fundus uterus merangsang otot-otot uterus untuk
berkontraksi
c. Kaji distansia kandung
kemih
R: Distansia
blas dapat mendorong uterus ke luar dari tempatnya dan menambah atonia uterus
2)
Nyeri
b/d terputusnya kontuinitas jaringan akibat proses persalinan
Tujuan
: Setelah kita memberikan intervensi sebelum pulang, nyeri berkurang sampai
hilang
Intervensi
:
a. Anjurkan untuk merubah
posisi selang seling dan menghindari duduk untuk beberapa waktu
R:
Tekanan dari tempat satu posisi dapat menyebabkan bertambahnya nyeri
b. Berikan bantal untuk alas
ketika duduk dikursi
R:
Untuk meningkatkan kenyamanan
c. Pemberian analgetik sesuai
program dokter
R:
Analgetik bekerja pada bagian atas otak untuk mengurangi rasa nyeri
d. Beri penjelasan mengenai
rasionalisasi dari nyeri dan masage uterus dengan halus
R:
Penggunaan bantuan topokal meningkatkan kenyamanan di daerah perianal
3) Kelelahan b/d proses
persalinan
Tujuan
: Kelelahan dapat berkurang dan hilang
Intervensi:
a. Observasi TTV
R:
Mengidentifikasi perkembangan kesehatan ibu
b. Beri makan dan minum
R:
Memulihkan energi yang hilang saat persalinan
c. Anjurkan untuk istirahat
R:
Mengurangi dan menghilangkan rasa lelah ibu.
d. Pindahkan ibu dikamar dan
rawat gabung dengan bayinya
R:
dapat tercipta hubungan yang harmonis antara ibu dan anak.
Nice blog..mampir juga ya https://www.askepjurnalkeperawatan.online/
BalasHapus