BAB I
LAPORAN
PENDAHULUAN
A. KONSEP
DASAR MEDIS
1. Pengertian
Kista ovarium adalah
pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang membentuk seperti
kantong.Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari
pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005: 273)
Kista ovarium
merupakan pembesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau
korpusluteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium
ovarium.(Smelzer and Bare. 2002: 1556)
Kista ovari adalah rongga
berbentuk kantong berisi cairan di dalam rongga ovarium.Kista tersebut disebut
juga kista fungsional karana terbentuk setelah telur dilepaskan setelah
ovulasi. Kista fungsional akan mengkerut dan menyusut seteleh beberapa waktu
(setelah 1-3 bulan), hingga biasanya dokter juga mencurigai terbentuk kista
menganjurkan penderita melekukan control kembali 3 bulan kemudian. Selama waktu
menunggu tersebut, kadang-kadang dokter menganjurkan penderita agar minum pil
KB agar tidak terjadi ovulasi.Demikian pula yang terjadi bila seorang perempuan
sudah menopause, kista fungsional tidak terbentuk.Untuk menyakinkan apakah
perempuan mengidap kista, dokter melekukan pemeriksaan sonogram.(Faisal
Yatim,2008)
2. Klasifikasi
Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2,
yaitu :
Ø Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen
dan progresterone diantaranya adalah :
a.
Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium
yang berkurang di dalam korteks
b.
Kista fungsional
1)
Kista
folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang
tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus menstruasi. Banyak
terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
2)
Kista
korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah
ovulasi.
3)
Kista
tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada mola
hidatidosa.
4)
Kista
stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan
hiperstimuli ovarium.
Ø Kista neoplasma
a.
Kistoma
ovarii simpleks
Kistoma ovarii simplek, kista ini bertangkai dan dapat
menyebabkan torsi ( putaran tangkai ). Diduga kista ini adalah sejenis
kistadenoma serosum yang kehilangan kelenjarnya karena tekanan cairan dalam
kista. Tindakanya adalah pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
b.
Kistodenoma
ovarii musinoum
Asal kista ini belum
pasti, mungkin berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen
mengalahkan elemen yang lain
c.
Kistadenoma
ovarii serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal
ovarium)
d.
Kista
Endrometreid
Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya
dengan endometroid
e.
Kista
dermoid
Tumor berasal dari sel telur melalui proses pathogenesis
3. Etiologi
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab
inilah yang nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe
kista ovarium, tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak
ditemukan.Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium
yang tidak terkontrol.
Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal
terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini
akan terbuka saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada
beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian
yang nantinya akan menjadi kista.
Cairan yang mengisi
kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari perlukaan yang
terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium.Pada beberapa kasus, kista dapat pula
diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini
disebut dengan Kista Dermoid.
4. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang
normal tergantung kepada sejumlah hormone dan kegagalan pembentukan salah satu
hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi
secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam
jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan
folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium.Folikel tersebut
gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara
tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.
Setiap hari, ovarium
normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de
Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari
2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus
luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista
ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi
fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan
mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal
disebut kista fungsional dan selalu jinak.
Kista dapat berupa
kista folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein.Kista
tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan
HCG.Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih.Kista folikel dan luteal,
kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak pecah
atau folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian
seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang
menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan
serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai
mencapai diameter 4-5 cm, sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada
daerah pelvis.
5. Manifestasi
Klinis
Letak tumor yang tersembunyi dalam rongga perut dan
sangat berbahaya dapat menjadi besar tanpa disadari oleh penderita.Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala,
atau hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya.Tetapi adapula kista yang
berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit
tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip
dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik
(di luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting
untuk memperhatikan setiap atau perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala
mana yang serius. Gejala-gejala berikut mungkin muncul :
a.
Perasaan sebah
b.
Ras nyeri pada perut bagian bawah dan panggul
c.
Makan sedikit terasa cepat kenyang
d.
Sering kembung
e.
Nyeri sanggama
f.
Nafsu makan menurun
g.
Rasa penuh pada perut bagian bawah
h.
Gangguan miksi karena adanya tekanan pada
kandung kemih dan juga tekanan pada dubur
i.
Gangguan menstruasi.Pada umumnya tumor
ovarium tidak mengubah pola haid kecuali tumor itu sendiri mengeluarakan hormon
seperti pada tumor sel granulosa yang dapat menyebabkan hipermenorrea.
j.
Akibat Pertumbuhan adalah dengan adanya tumor
didalam perut bisa menyebabkan pembengkakan perut..Tekanan pada alat atau organ
sekitar disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut.Misalnya sebuah
kista yang tidak seberapa besar tetapi posisinya terletak didepan uterus
sehingga dapat menekan kandung kencing dan menyebabkan gangguan miksi dan
sedang kista besar yang terletak didalam rongga perut kadang-kadang hanya
menimbulkan rasa berta pada perut.Selain gangguan miksi obstipasi dan oedema
pada tungkai dapat terjadi
k.
Rasa
mual dan ingin muntah
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kista
ovarium:
a.
Perdarahan ke dalam kista yang terjadi
sedikit-sedikit, sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan
hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika
perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi yang cepat
dari kista yang menimbulkan nyeri perut yang mendadak.
b.
Torsio. Putaran tangkai dapat terjadi pada
ksta yang berukuran diameter 5 cm atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan
gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang bersifat total.
c.
Kista ovarium yang besar dapat menyebabkan
rasa tidak nyaman pada perut dan dapat menekan vesica urinaria sehingga terjadi
ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara sempurna.
d.
Massa kista ovarium berkembang setelah masa
menopouse sehingga besar kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna).
Faktor inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvic menjadi penting
e.
Infertilitas akibat tidak adanya ovulasi
f.
Peningkatan resiko pembentukan tumor – tumor
dependen – estrogen di payudara dan endometrium
7. Pemeriksaan
Penunjang
a.
Radiologi
1)
USG
Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi dari pada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama sekali . Suara yang dapat didengar manusia mempunyai frekuensi antara 20-20.000 Cpd (cicles per detik = Hz). Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedence acustic tertentu. dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam-macam echo, disebut anechoic atau echofree atau bebas echo. Suatu rongga berisi cairan bersifat anechoic, misalnya kista, asites, pembuluh darah besar, perikardial, atau pleural efusion. . Pada USG kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.
Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi dari pada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama sekali . Suara yang dapat didengar manusia mempunyai frekuensi antara 20-20.000 Cpd (cicles per detik = Hz). Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedence acustic tertentu. dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam-macam echo, disebut anechoic atau echofree atau bebas echo. Suatu rongga berisi cairan bersifat anechoic, misalnya kista, asites, pembuluh darah besar, perikardial, atau pleural efusion. . Pada USG kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.
2)
Transabdominal Sonogram
Transabdominal
ultrasonography lebih baik dibandingkan endovaginal ultrasonography untuk
mengevaluasi besarnya massa serta struktur intra abdominal lainnya, seperti
ginjal, hati, dan asites. Syarat pemeriksaan transabdominal sonogram dilakukan
dalam keadaan vesica urinaria terisi/penuh.
3)
Endovaginal Sonogram
Pemeriksaan
ini dapat menggambarkan/memperlihatkan secara detail struktur pelvis.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara endovaginal. Pemeriksaan dilakukan dalam
keadaan vesica urinaria kosong.
4)
Kista Dermoid
Gambaran
USG kista dermiod di bawah ini menunjukkan d di bawah ini menunjukkan komponen
yang padat yang dikelilingi dengan kalsifikasi.
5)
Kista Endometriosis
Menunjukkan
karakteristik yang difuse, low level echoes pada endometrium, yang memberikan
gambaran yang padat.
6)
Polikistik Ovarium
Menunjukkan
jumlah folikel perifer dan hiperechoid stroma.
b.
MRI
Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus
dibandingkan dengan CT-scan, serta ketelitian dalam mengidentifikasi lemak dan
produk darah. CT-Scan dapat pemberian petunjuk tentang organ asal dari massa
yang ada. MRI tidak terlalu dibutuhkan dalam beberapa/banyak kasus.
USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi kista
ovarium dan massa/tumor pelvis dibandingkan dengan CT-Scan.
c.
Laparaskopi
Pemeriksaan
ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium
atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu
d.
Foto Rontgen
Pemeriksaan
ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista
dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
e.
Parasintesis
Pungsi
ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa
tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila
dinding kista tertusuk
f.
Diagnosis
Banding
Diagnosis pasti tidak dapat dilihat dari gejala-gejala
saja. Karena banyak penyakit dengan gejala yang sama pada kista ovarium
adalah ;
1)
Inflamasi Pelvic (PID)
Pada
pemeriksaan endovaginal sonogram, memperlihatkan secara relative pembesaran
ovarium kiri (pada pasien dengan keluhan nyeri).
2)
Endometriosis
Pada
pemeriksaan endovaginal sonogram tampak karakteristik yang difus, echo yang
rendah sehingga memberikan kesan yang padat.
3)
Kehamilan Ektopik
Pada
pemeriksaan endovaginal sonogram memperlihatkan ring sign pada tuba, dengan
dinding yang tebal disertai cairan yang bebas disekitarnya. Tidak ada pembuahan
intrauterine.
4)
Kanker ovarium
Pada
pemeriksaan transvaginal ultrasound di dapatkan dinding tebal dan ireguler.
8. Penatalaksanaan
Adapun prinsip untuk menangani tumor ovarium:
a.
Operasi untuk mengambil tumor: Dapat menjadi
besar dan kemungkinan degenerasi ganas.
b.
Saat operasi dapat didahului dengan
frozen section untuk kepastian ganas dan tindakan operasi lebih lanjut.
c.
Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA
sehingga kepastian klasifikasi tumor dapat ditetapkan untuk menentukan terapi
d.
Operasi tumor ganas diharapkan debulking
yaitu dengan pengambilan jaringan tumor sebanyak mungkinjaringan tumor sampai
dalam batas aman diameter sekitar 2 cm. Setelah
mendapatkan radiasi dan kemoterapi atau dilakukan terapi kedua untk mengambil
sebanyak mungkin jaringan tumor. Kistoma
ovarii diatas umur 45 thn sebaiknya dilakukan terapi profilaksis.
e.
Untuk penanganan tumor nonneoblastik diambil
sikap wait and see. Jika wanita yang masih ingin hamil berovulais teratur tanpa
gejala dan hasil USG menunjukkan kista yang berisis cairan maka dilakukan
pemeriksaan tindakan menunggu dan melihat dan kista ini akn memnghilang 2-3
bulan kemudian . Penggunaanv pil kontrasepsi dapat digunakan untuk terpi
kista fungsional
f.
Pembedahan dilakukan jika kista besar dan
padat ,tumbuh atau tetap selama 2-3 bulan siklus haid maka dapat dihilangkan
dengan pembedahan.Jika tumor besar atau ada komplikasi maka dilakukan
pengangkatan ovarium disertai saluran tuba ( salpingo ooferektomi ) dan
dilakukan pengontrolan .Jika terdapat keganasan aka dilakukan histerektomi.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a.
Aktivitas/Istirahat
Gejala
: kelemahan dan/ keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan
tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur, misal :
nyeri, ansietas, berkeringat malam
b.
Sirkulasi
Gejala
: palpitasi, nyeri dada pada perengahan kerja
Tanda
: perubahan pada TD
c.
Integritas Ego
Gejala
: faktor sterss (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi
stress (misal : merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius/spritual), menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa,
tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi
Tanda
: menyangkal, menarik diri, marah
d.
Eliminasi
Gejala
: perubahan pada pola defekasi. Misal, nyeri pada defekasi, darah pada feses
Perubahan
pada eliminasi urinarius. Miasal, nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih,
hematuria atau serin berkemih
Tanda
: perubahan pada bising usus, distensi abdomen
e.
Makanan/cairan
Gejala
: kebiasaan diet buruk, ( misal; rendah serat tinggi lemak, aditif/bahan
pengawet ) anoreksia, mual/muntah, intoleransi makanan, perubahan pada BB, penurunan
BB yang hebet, kakeksia, berkurangnya massa otot
Tanda
: perubahan pada kelembaban/turgor kulit, udema
f.
Neurosensori
Gejala
: pusing, sinkope
g.
Nyeri/kenyamanan
Gejala
: tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi, misal, ketidaknyamanan ringan
sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit).
h.
Pernapasan
Gejala
: merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan
abses
i.
Keamanan
Gejala
: pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda
: demam, ruam kulit, ulserasi
j.
Seksualitas
Gejala
: masalah seksual, misal : dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat
kepuasan, nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, multigravida, pasangan
seks multupel, aktivitas seksual dini, herpes genital.
k.
Interaksi sosial
Gejala
: ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan (berkenaan
dengan kepuasan dirumah, dukungan atau bantuan), masalah tentang
fungsi/tanggung jawab peran.
l.
Penyuluhan/pembelajaran
Pertimbangan
rencana pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat; 5,4 hari serta
memerlukan bantuan sementara untuk transportasi, pemeliharaan rumah
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Nyeri akut berhubungan dengan putaran tangkai
tumor/ infeksi pada tumor
b.
Kecemasanberhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
c.
Perubahan eliminasi urinarius atau retensi
urinarius berhubungan dengan adanya udema jaringan lokal dan
paralisis saraf
d.
Resiko
tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
3. Intervensi
Keperawatan
a.
Nyeri Akut berhubungan dengan putaran tangkai
tumor/ infeksi pada tumor
Tujuan:
Setelah diberi tindakan keperawatan ,nyeri berkurang sampai hilang sama sekali
Kriteria
hasil : mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/terarasi, tampak santai
Intervensi
:
1)
Kaji tingkat dan intensitas nyeri.
R
:mengidentifikasi lingkup masalah
2)
Atur posisi senyaman mungkin
R :
Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri
3)
Pantau TTV
R :
respon autonomik meliputi perubahan pada TD, Nadi, dan pernapasan yang
berhubungan dengan keluhan atau penghilangan nyeri. Abnormalitas TTV
terus-menerua memerlukan evaluasi lebih lanjut
4)
Kaji insisi bedah, perhatikan edema,
perhatikan kontur luka/inflamasi/mengeringya tepi luka
R :
perdarahan pada jaringan, bengkak, inflamasi lokal atau terjadinya infeksi
dapat menyebabkan peningkatan nyeri insisi
5)
Ajarkan dan lakukan tehnik relaksasi.
R :
Merelaksasi otot – otot tubuh
6)
Kolabarasi untuk pemberian terapi analgesik.
R :
menghilangkan rasa nyeri
b.
Cemas berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
Tujuan
: Gangguan rasa nyaman cemas berkurang.
Kriteria
hasil : klien bisa beristirahat
Intervensi
:
1)
Kaji dan pantau terus tingkat kecemasan
klien.
R :
mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan
selanjutnya )
2)
Berikan penjelasan tentang semua permasalahan
yang berkaitan dengan penyakitnya.
R :
Informasi yang tepat menambah wawasan klien sehingga klien tahu tentang keadaan
dirinya )
3)
Ajarkan
teknik distraksi
R : teknik distraksi dengan mengalihkan perhatian pada
hal-hal yang disukai dapat mengurangi tingkat kecemasan pasien.
4)
Bina hubungan yang terapeutik dengan klien.
R :
Hubungan yang terapeutik dapat menurunkan tingkat kecemasan klien.
c.
Perubahan eliminasi urinarius atau retensi
urinarius berhubungan dengan adanya udema jaringan lokal dan
paralisis saraf
Tujuan
: komplikasi tercegah atau minimal serta pola eliminasi kembali kekeadaan
normal
Kriteria
hasil : mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas
Intervensi
:
1)
Perhatikan pola berkemih dan awasi
keluaran urine
R :
mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dalam jumlah
sedikit/kurang (<100ml)
2)
Palpasi
kandung kemih
R :
presepsi kandung kemih, distensi kandung kemih diatas simpisis pubis
menunjukkan retensi urine
3)
Berikan tindakan berkemih rutin
R :
meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih
4)
Berikan perawatan kebersihan perineal dan
perawatan kateter
R :
meningkatkan kebersihan menurunkan resiko ISK asenden
5)
Kaji karakteristik urine, perhatikan warna,
kejernihan dan bau
R :
retensi urine, drainase vaginal dan kemungkinan adanya kateter intermitten/tak
menetap meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien mempunyai jahitan
perineal
6)
Kolaborasi :
-
Berikan
pemasangan kateter bila diindikasikan
R :
edema dan pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni kandung kemih/retensi
kandung kemih memerlukan dekompresi kandung kemih
-
Dekompresi
kandung kemih dengan perlahan
R :
bila jumlah besar urine terakumulasi, dekompresi kandung kemih sepat
menghilangkan tekanan pembuluh pelvis meningkatkan penggumpulan vena
d.
Resiko
tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
Tujuan : tidak terjadi perubahan perfusi
jaringan
Kriterii hasil : menunjukkan perfusi adekuat
sesuai dengan bukti tanda vital stabil, nadi teraba, pengisian kapiler baik,
mental biasa, keluaran urine adekuat secara individual dan bebas udema,
Intervensi
:
1)
Pantau
tanda vital, palpasi nadi perifer dan perhatikan pengisian kapiler serta kaji
keluaran/karakteristik urine. Evaluasi perubahan mental
R :
indikator keadekuatan perfusi sistemik, kebutuhan cairan/darah dan terjadinya
komplikasi
2)
Inspeksi
balutan dan pembalut perineal, perhatikan warna, jumlah dan bau drainase. Timbang
pembalut dan bandingkan dengan berat kering. Bila pasien mengalami perdarahan
hebat
R :
memperkirakan pembuluh darah besar untik sisi operasi dan/potensial perubahan
mekanisme pembekuan
3)
Ubah
posisi pasien dan dorong batuk sering dan latihan napas dalam
R :
mencegah statis sekresi dan komplikasi pernapasan
4)
Hindari
posisi fowler tinggi dan tekanan dibawah lutut atau menyilangkan kaki
R
: meninbulkan statis vena dengan meningkatkan kongesti pelvik dan
pengumpalan darah dalam ekstremitas, potensial resiko pembentukan trombus
5)
Periksa
tanda hormon, perhatikan eritema, pembengkakan ekstremitas atau keluhan nyeri
dada tiba-tiba pada dispnea
R :
mungkin indikasi terjadinya tromboflebitis/emboli paru
6)
Pakaiakan stoking antiemboli
R :
membantu aliran balik vena, menurunkan statis dan resiko trombosis
7)
Kolaborasiberikan cairan IV, produk darah sesuai
indikasi
R :
menggantikan kehilangan darah dan mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi
jaringan
4. Evaluasi
a.
Pasien
terbebas dari rasa nyeri
b.
Pasien
terbebas dari rasa cemas dan dapat beristirahat
c.
Pola
eliminasi pasien tidak mengalami gangguan
d.
Keadaaan
pasien menunjukan perfusi yang adekuat sesuai dengan bukti tanda vital stabil,
nadi teraba, pengisian kapiler baik, mental biasa, keluaran urine adekuat
secara individual
DAFTAR
PUSTAKA
Arif Mansjoer, dkk.1999 Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:
Media Aesculapius.
Carpenito, Lynda Jual. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8.Jakarta: EGC
Doenges E. Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal/Bayi. Jakarta: EGC.
Hanifa, 1997. Ilmu Kandungan. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit. Jakarta: EGC
Sardjadi. 1995.Patologi
Ginekologi. Jakarta; EGC.
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Ignatavicius, D.D. dan M.V.
Bayne. 1991. Medical Surgical Nursing A Nursing Process Approach. Vol 2.
Philadelphia. W.B. Saunders Company.
Thank you very helpful article, Visit Also my blog:
BalasHapusThe most powerful cyst medicine
Obat Kista
Obat Miom
Obat Kanker
Obat Kista ovarium
Obat Kista epidermoid
Obat Kista payudara
Obat Kista ganglion
Obat Kista dermoid
Obat Kista Baker
Obat Kista Bartholin
Obat Kista ginjal