Sabtu, 20 Agustus 2016

Laporan Pendahuluan Struma (Post Operasi)

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A.    Konsep Dasar Medis
1.      Defenisi
Pembesaran kelenjar tiroid sebagai akibat pertambahan ukuran sel/ jaringan (Mansjoer Arif).

2.      Etiologi
Berbagai faktor diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya hipertrofi kelenjar tiroid termasuk didalamnya defisiensi yodium, gaitrogenik glikosida agent (zat atau bahan ini dapat mensekresi hormon tiroid seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis bila dikonsumsi secara berlebihan). Obat-obatan anti tiroid, peradangan dan tumor/neoplasma (Sylvia A.Price).
a.      Klasifikasi
1)   Goiter Nodula Toksik
Paling sering ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai komplikasi goiter nodular kronik. Pada pasien-pasien ini hipertiroidisme timbul secara lambat. Pasien mungkin mengalami aritmia dan gagal jantung yang resisten terhadap terapi digitalis. Pasien dapat pula memperlihatkan bukti-bukti penurunan berat badan, lemah dan pengecilan otot. Pasien goiter nodular toksik mungkin memperlihatkan  tanda-tanda mata (melotot, pelebaran fissure palpebra, kedipan mata berkurang), akibat aktivitas simpatis yang berlebihan. Pasien hipertiroidisme berat dapat krisis atau badai tiroid. Pada kasus ini biasanya manifestasi klinis yang disebutkan di atas menjadi semakin berat sehingga akhirnya menjadi faktor yang membahayakan kehidupan. Demam mungkin selalu ada dan ini merupakan indikasi adanya komplikasi yang serius.
2)   Goiter Non Toksik
Merupakan gangguan yang sangat sring dijumpai dan menyerang 16% perempuan dan 4% laki-laki. Yang berusia antara 20–60 tahun. Biasanya tidak ada gejala-gejala lain kecuali gangguan kosmetik, tetapi kadang-kadang timbul komplikasi-komplikasi. Tiroid mungkin membesar secara difus atau bernodula. Etiologi goiter non toksik antara lain adalah defisiensi yodium atau gangguan kimia intratiroid yang disebabkan oleh berbagai faktor. Akibat gangguan ini, kapasitas kelenjar tiroid untuk memproduksi tiroksin terganggu, mengakibatkan peningkatan TSH dan hyperplasia serta hipertrofi folikel tiroid. Hyperplasia mungkin bergantian dengan fibrosis dan dapat timbul nodula–nodula yang mengandung folikel tiroid.
Secara klinis dapat memperlihatkan penonjolan di sepertiga  bagian bawah leher. Goiter yang berat dapat menimbulkan  masalah kompresi mekanis disertai pergeseran letak trakhesa dan oesophagus dan gejala-gejala obstruktif (Brunner & Suddarth).

3.      Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh TSH kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi TSH dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.

4.      Manifestasi Klinis
a.      Leher bertambah besar atau tidak
b.      Sulit menelan
c.       Sesak nafas
d.      Suara serak atau parau
e.       Pada palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda dengan konsistensi keras atau tidak.
f.       Biasanya tanpa rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di daerah nodul.
g.      Mata melotot
h.      Kelelahan
i.        Berat badan menurun
j.        Peningkatan suhu tubuh (Brunner & Suddarth).

5.      Pemeriksaan Penunjang
a.      Pemeriksaan sidik tiroid
b.      Pemeriksaaan ultrasonografi
c.       Biopsy aspirasi jarum halus
d.      Termografi
e.       Petanda tumor
6.      Penatalaksanaan
a.      Untuk menekan aktivitas kelenjar hipofisis yang menstimulasi tiroid di beri preparat supplement yodium, seperti larutan jenuh kalium yoyida.
b.      Dilakukan tindakan operatif
Komplikasi pasca bedah dapat dikurangi dengan menciptakan keadaan eutiroid dengan preparat antitiroid dan pemberian senyawa yoyida praoperatif untuk mengurangi ukuran serta vaskularisasi kelenjar tiroid tersebut (Sylvia A.Price).





















7.      Penyimpangan KDM

                                   
 


        
 


               

                               

         

     
          
              
 


              

           

                   

                           

                     

NYERI AKUT
 
                            
B.     Konsep Dasar Keperawatan
1.      Pengkajian
a.      Aktivitas istrahat
Gejala  :insomnia, sensivitas meningkat Otot lemah, gangguan koordinasi      Kelelahan berat
Tanda  : atrofi otot
b.      Sirkulasi
Gejala  : palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda  :disritmia, irama gallop, murmur Peningkatan tekanan darah, takikardi saat istirahat
c.       Eliminasi
Gejala  : urin dalam jumlah banyak Perubahan dalam feses/ diare
d.      Integriitas Ego
Gejala  :mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik
Tanda : emosi labil
e.       Makanan/ cairan
Gejala  : kehilangan berat badan yang mendadakNafsu makan meningkat, makan banyak, makan sering, kehausan, mual muntah.
Tanda  : pembesaran tiroid/ goiter
f.       Neurosensori
Tanda  :bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku seperti: bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium, psikisis hiperaktif refleks tendon
g.      Nyeri/ ketidak nyamanan
gejala   :nyeri orbital, fotofobia
h.      Pernapasan
Tanda  :frekuensi pernapasan meningkat, takipnea Dispnea, edema paru
i.        Keamanan
Gejala  : Tidak toleransi terhadap, kering yang berlebihan Alergi terhadap iodium
Tanda  :suhu meningkat, kulit halus hangat dan kemerahan,rambut tipis, mengkilat dan lurus.
j.        Seksualitas
Tanda  : penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan  impoten.
k.      Penyuluhan
Gejala  :adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah Tiroid Riwayat hipotiroidisme, terapi hormon tiroid   atau  pengobatan anti tiroid. Riwayat pemberian insulin yang menyebabkan gangguan  jantung atau pembedahan jantung.
2.      Diagnosa Keperawatan
a.      Nyeri Akut
b.      Gangguan konsep diri
3.      Rencana Tindakan Keperawatan
No
Diagnosa keperawatan
(NANDA)
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
RASIONAL
1.
Nyeri Akut
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam nyeri klien dapat teratasi atau teratasi dengan kriteria hasil :
-   Klien mampu mengontrol nyeri
-   Klien melaporkan bahwa nyeri berkurang
-   Wajah klien nampak rileks
1.    Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun nonverbal, catat lokasi, intensitas (skala 0-10) dan lamanya.
2.    Berikan minuman yang sejuk atau makanan yang lunak seperti es krim atau sejenisnya
3.    Kolaborasi: berikan obat analgetik dan/ atau analgetik sprei tenggorok sesuai dengan kebutuhannya
1.    bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi, menentukan efektivitas terapi
2.    menurunkan nyeri tenggorok tetapi makanan lunak ditoleransi jika pasien mengalami kesulitan menelan
3.    menurunkan nyeri dan rasa tidak nyaman.
2.
Gangguan Konsep Diri
Setelah dilakukan tindakan keperwatan 1x24 jam klien memiliki gambaran diri yang positif kembali dengan kriteria hasil :
-   klien mampu mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
-   klien mampu mempertahankan interaksi sosial
-   klien mampu menerima perubahan fisiknya
1.    Dorong klien mengungkapkan pikiran dan perasaannya tentang bentuk leher yang berubah.
2.    Jelaskan penyebab terjadinya perubahan bentuk leher dan jalan keluar yang dapat dilakukan seperti tindakan operasi.
3.    Diskusikan upaya-upaya yang dapat dilakukan klien untuk mengurangi perasaan malu seperti menggunakan baju yang berkerah tertutup
1.     sebagai acuan untuk melaksanakan untuk intervensi   selanjutnya.
2.     mengidentifikasi penyebab gangguan konsep diri dan meningkatkan percaya diri klien melalui pemberian informasi mengenai tindakan yang dilakukan sebagai jalan keluar.
3.     membantu meningkatkan percaya diri klien
4.      Penatalaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah dirumuskan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dengan menggunakan keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien. Dalam melaksanakan keperawatan, haruslah dilibatkan tim kesehatan lain dalam tindakan kolaborasi yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan serta berdasarkan atas ketentuan rumah sakit.
5.      Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai tingkat keberhasilan dari asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Dari rumusan seluruh rencana keperawatan serta impelementasinya, maka pada tahap evaluasi ini akan difokuskan pada:
a.       Apakah  nyeri yang dirasakan pasien berkurang ?
b.      Apakah komunikasi verbal dari pasien lancar?
c.       Apakah gangguan rasa nyaman dari pasien dapat terpenuhi?
d.      Apakah pasien menerima keadaan dirinya yang sekarang ?





DAFTAR PUSTAKA
Doenges E. Marylnn, et all, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi Ketiga,Penerbit Buku Kedokteran,EGC,Jakarta.
Engram Barbara, (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 3, Penerbit : Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Henderson M. A, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta.
Amin H.N. & Hardhi.K. (2015), Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC,JILID 3, penerbit:Media action publishing.yogjakarta

Moelianto Djoko R, (1996), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga, Balai Penerbit FKUI Jakarta.

1 komentar: