Sabtu, 20 Agustus 2016

Laporan Pendahuluan Sinusitis (Pre,Intra,Post Operasi) di Ruang Sentral Bedah

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A.    Konsep Dasar Medis
1.      Defenisi
Sinusitis adalah suatu keradangan yang terjadi pada sinus. Sinus sendiri adalah rongga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus adalah untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga pertukaran udara di daerah hidung. Rongga sinus sendiri terdiri dari 4 jenis, yaitu :
a.      Sinus Frontal, terletak di atas mata dibagian tengah dari masing-masing alis
b.     Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung
c.      Sinus Ethmoid, terletak diantara mata, tepat di belakang tulang hidung
d.     Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid & dibelakang mata
Didalam rongga sinus terdapat lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus yang disebut dengan cilia. Fungsi dari cilia ini adalah untuk mendorong lendir yang di produksi didalam sinus menuju ke saluran pernafasan. Gerakan cilia mendorong lendir ini berguna untuk membersihkan saluran nafas dari kotoran ataupun organisme yang mungkin ada. Ketika lapisan rongga sinus ini membengkak maka cairan lendir yang ada tidak dapat bergerak keluar & terperangkap di dalam rongga sinus.
Jadi sinusitis terjadi karena peradangan didaerah lapisan rongga sinus yang menyebabkan lendir terperangkap di rongga sinus & menjadi tempat tumbuhnya bakteri.
Sinusitis paling sering mngenai sinus maksila (Antrum Highmore), karena merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret (drenase) dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia, dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila, ostium sinus maksila terletak di meatus medius di sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.

2.      Etiologi
Penyebab-penyebab sinusitis adalah :
a.       Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus).
b.      Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
c.       Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.
d.      Peradangan menahun pada saluran hidung
Pada penderita rhinitis alergi dan juga penderita rhinitis vasomotor.
e.       Septum nasi yang bengkok
f.       Tonsilitis yg kronik
Pada Sinusitis Kronik, yaitu:
1).Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.
2).Alergi
3).Karies dentis ( gigi geraham atas )
4).Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu  aliran mucosa.
5).Benda asing di hidung dan sinus paranasal
6).Tumor di hidung dan sinus paranasal.

3.      Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam ronga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini biasa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic.
Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.

4.      Manifestasi Klinik
a.       Sinusitis  akut
Gejala objektif : tampak pembengkakan di daerah muka.
Gejala subjektif : terbagi atas gejala sistemik, yaitu : demam dan rasa lesu, pusing, ingus kental di hidung, serta hidung tersumbat.
b.      Sinusitis sub akut
Gejala  klinisnya sama denga sinusitis akut hanya tanda-tanda radang akutnya (demam, sakit kepala hebat, nyeri tekan,) sudah reda.
c.       Sinusitis Kronis
Gejala : pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok.

5.      Pemerikasaan Penunjang
Pemerikasaan pembantu yang penting adalh foto polos atau CT scan. Foto polos posisi Waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas udara, cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa.
CT scan sinus merupakan golg standard diagnosis sinusitis karena mampu manila anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secacra keseluruhan dan perluasannya. Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai penunjang diagnosis sinusistis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan atau pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi sinus.
Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena sangat terbatas kegunaannya. Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil secret dari meatus medius/superior, untuk mendapat antibiotic yang tepat guna. Lebih baik lagi bila diambil secret yang keluar dari pungsi sinus maksila.
Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila melalui meatus inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila yang sebenarnya, selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi.

6.      Penatalaksanaan
Tujuan terapi sinusitis ialah:
a.     Mempercepat penyembuhan
b.    Mencegah komplikasi
c.    Mencegah perubahan menjadi kronik
Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM sehinggan drenase dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.
Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bacterial, untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan maukosa serta membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksilin.
Jika diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksilin-klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotic diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang. Pada sinusitis kronik diberikan antibiotic yang sesuai untuk kuman negative gram dan anaerob.
Selain dekongestan oral dan topical, terapi lain dapat diberikan jika diperlukan, seperti analgetik, mukolitik, teroid oral/topical, pencucian rongga hidung dengan NaCl atau pemanasan (diatermi). Antihistamin tidak rutin diberikan, karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan secret jadi lebih kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2. Irigasi sinus maksila atau Proetz displacement therapy juga merupakan terapi tambahan yang bermanfaat. Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergi yang berat.
Tindakan operasi. Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan operasi terkini untuk sinusitis kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil yang lebih memuaskan dan tindakan ringan dan tidak radikal. Indikasinya berupa: sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat; sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang irreversible; polip ekstensif, adanya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.

7.      Penyimpangan KDM
SINUSITIS
                                      Infeksi virus oleh eksaserbasi rinitis alergi
                                            Infeksi traktus respiratorius atas
                       Inflamasi, edema, membran mukosa hidung

KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN                                           NYERI
JALAN NAFAS
                           

                                                                  
                                                                                 
TINDAKAN PEMBEDAHAN
PADA RONGGA SINUS
                             
      RESIKO INFEKSI                                                    RESIKO ASPIRASI






8.      Kompilkasi
Komplikasi sinusitis . sinusitis dapat menyebabkan :
-          Osteomiolitis & Abses subperiosteal
Osteomiolitis dan asbes subperiosteal biasanya akibat frontal dan lebih banyak terjadi pada usia anak-anak.
Osteomiolitis akibat sinusitis maksila dapat menyebabkan fistula oroantral.
-          Kelainan orbita
Kelainan orbita paling banyak disebabkan oleh sinusitis etmoid kemudian berturut-turut akibat sinusitis frontal dan sinusitis maksila. Penyebaran infeksinya melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan orbita tersebut meliputi
a)      Edema palpebra.
b)      Selulitis orbita.
c)      Abses subperiosteal.
d)     Abses orbita.
e)      Trombosis sinus kavernosus.
-          Kelainan intrakarnial
a)      Miningitis
b)      Abses ekstradural
c)      Abses subdural
d)     Abses otak
e)      Trombosis sinus kavernosus
-          Kelainan sinus pransal & kelainan paru-paru
Kelainan sinus pranasal disertai dengan kelainan paru-paru disebut sinobronkitis. Kelainan paru-paru ini berupa :
a)      Bronkitis kronis
b)      Bronkiektasis
c)      Asma bronkial













B.     Konsep Dasar Keperawatan
1.      Pengkajian
a.      Obstruksi nares
Ø  Riwayat bernafas melalui mulut pada siang dan malam hari,kapan terjadi,lamanya dan frekuensinya
Ø  Riwayat pembedahan hidung atau trauma pada hidung
Ø  pengguuna obat tetes atau semprot hidung jenis,jumlah,frekuensi dan lamanya penggunaan.
b.      Secret hidung
Ø  Warna:jumlah dan konsistensi secret
Ø  Pendarahan hidung (epistaksis) dari satu atau kedua nares
Ø  Adanya kusta atau nyeri pada hidung
c.       Riwayat sinusitis
Ø  Nyeri kepala,lokasi dan beratnya nyeri
Ø  Hubungan sinusitis dengan musim tertentu atau cuaca tertentu.
d.       Gejala-gejala umum  lainya seperti kelemahan
e.       Deman dan drainase (serous, mukopurulen)
f.       Polip ( pucat, lunak edematous keluar dari nasal atau mukosa sinus) Mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang mengalami peradangan.
g.      Kemerahan dan edema pada membran mukosa.
2.      Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
a.       Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b/d adanya sekret didalam rongga sinus
b.      Nyeri Akut b/d iritasi jalan nafas atas sekunder akibat infeksi
Intra Operasi
a.       Resiko Infeksi b/d tindakan pembedahan
Post Operasi
a.     Resiko Aspirasi b/d luka insisi pada rongga sinus
3.      Rencana Tindakan Keperawatan
N
o
Diagnosa Keperawatan
(NANDA)
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
Rasional
1
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d adanya sekret didalam rongga sinus
(Pre Op)
Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x3 jam masalah bersihan jalan nafas klien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
-    Klien dapat bernafas dengan normal
1.Kaji penumpukan sekret yang ada.
2.Beri posisi nyaman misalnya : peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
3.Pertahankan kebersihan lingkungan dari debu,asap,dan bulu bantal.
4.Bantu latian nafas melalui mulut.
1.    Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.
2.    Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi.
3.    Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
4.    Memberikan pasien cara untuk mengatasi dan mengontrol pernapasan.
2
Nyeri Akut b/d iritasi jalan nafas atas sekunder akibat infeksi
(Pre Op)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x3 jam nyeri akut klien dapat berkurang atau hilang dengan kriteria hasil :
-   Mampu mengontrol nyeri
-   Melaporkan nyeri berkurang
-   Nampak rileks
Tanda vital dalam rentang normal
1.    Kaji tingkat nyeri klien dengan Provokatif, Quality, Region, Severty, Thine.
2.    Alihkan perhatian klien terhadap nyeri dengan mengajak klien mengobrol.
3.    Ajarkan tekhnik relaksasi dan distraksi.
4.    Kolaborasi pemberian obat analgetik antipiretik.
1.    Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya
2.    Untuk mengurangi nyeri.
3.    Dengan tekhnik distraksi dan relaksasi klien dapat mempraktekannya bila mengalami nyeri sehingga nyeri dapat berkurang.
4.    Untuk menghilangkan nyeri.
3
Resiko Infeksi b/d tindakan pembedahan (Intra Op)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x3jam resiko infeksi klien dapat dihindari/diminimalisir dengan kriteria hasil :
-   Klien bebas dari tanda-tanda infeksi

1.Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2.Gunakan pakaian khusus ruang operasi
3.Tidurkan klien pada meja operasi dengan posisi sesuai kebutuhan
1.Mencegah penyebaran bakteri
2.Dapat mencegah kontaminasi kuman terhadap daerah operasi
3.Posisi klien yang tepat dapat mengurangi resiko pasien terjatuh dan mempermudah tindakan operasi

4
Resiko Aspirasi b/d luka insisi pada rongga sinus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x3 jam resiko aspirasi klien dapat teratasi dengan kriteria hasil ;
-       Klien dapat bernafas dengan mudah
-       Pasien mampu menelan dan mengunyah tanpa terjadinya aspirasi.
1.Monitor tingkat kesadaran, batuk dan kemampuan menelan.
2.Pelihara jalan nafas.
3.Lakukan suction jika diperlukan.
4.Naikan kepala 30-45 derajat pada saat berbaring.
1.    Mengkaji seberapa besar resiko terhadap terjadinya aspirasi.
2.    Memastikan jalan nafas tetap paten.
3.    Menyingkirkan faktor yang dapat menghambat jalannya aspirasi.
4.    Mempermudah fungsi pernapasan dan meminimalisir gangguan aspirasi.

1.         Penatalaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah dirumuskan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dengan menggunakan keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien. Dalam melaksanakan keperawatan, haruslah dilibatkan tim kesehatan lain dalam tindakan kolaborasi yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan serta berdasarkan atas ketentuan rumah sakit.

2.         Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai tingkat keberhasilan dari asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Dari rumusan seluruh rencana keperawatan serta impelementasinya, maka pada tahap evaluasi ini akan difokuskan pada:
a.       Apakah jalan nafas pasien sudah terbebaskan dari sekret?
b.      Apakah  nyeri yang dirasakan pasien berkurang setelah dilakukan tindakan operasi ?
c.       Apakah pasien terhindar dari resiko infeksi pada saat tindakan operasi?
d.      Apakh pasien terbebas dari resiko aspirasi ?
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000
Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan  FK Unair, Pedoman diagnosis dan Terapi Rumah sakit Umum Daerah dr Soetom FK Unair, Surabaya
Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta

Amin,H.N.A & Hardi,K. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3.Mediaction Jogja.Jogjakarta 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar