Minggu, 21 Agustus 2016

Laporan Pendahuluan Hiperemesis Gravidarum

LAPORAN PENDAHULUAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A.    Konsep Medis
1.      Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dmuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti appendicitis, pielitis dan sebagainya
2.      Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan.
a.       Faktor predisposisi yang sering ditemukan adalah primigravida, molahidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada molahidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
b.      Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organic.
c.       Alergi
d.      Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti.
3.      Patofisiologi
Ada yang mengatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena itu keluhan ini terjadi pada trimester pertama.
Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor hormonal yang  jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastic dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang berat.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan.
4.      Gejala dan Tanda
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 tingkatan yaitu :
a.       Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali permenit, tekanan darah sistol menurun, turgor kulit berkurang, lidah mengering dan mata cekung.
b.      Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah mongering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi rendha, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi, aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
c.       Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan tensi menurun.komplikasi fetal dapat terjadi pada saraf yang dikenal sebagai ensefalopati wernicke, dengan gejala nistagmus dan diplopia, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus adalah tanda adanya payah hati
5.      Penatalaksanaan
Pencegahan terhadap hyperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisioligk pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering, waktu bangun pagi  jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
Makan yang berminyak dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
a.       Obat-obatan
Sedatif yang sering digunakan adalah Phenobarbital,  vitamin yang dianjurkan vitamin B1 dan B6 keadaan yang lebih berat diberikan anti emetiksepeti disiklomin hidroklorida dan khlorpromazin, anti histamine ini juga dianjurkan seperti dramamin, avomin.
b.      Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik tidak diberikan makan/minuman selama 24 – 28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan
c.       Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang berat serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
d.      Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam caran garam fisiologik sebanyak 2 – 3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
e.       Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutuhan, bradikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organic. Dalam keadaan demikian pual perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
f.       Diet
1)      Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat II. Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersamaan dengan makanan tetapi 1 – 2 jam sesuadahnya. Makanan ini kurang dsalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
2)      Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang secara berangsur mulai diberikan bersamaan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
3)      Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minum boleh diberikan besama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.
6.      Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat,penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
B.     Konsep Dasar Keperawatan
1.      Pengkajian data focus
a.       Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (>100 kali permenit)
b.      Integritas ego
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak terencana.
c.       Eliminasi
Perubahan pada konsistensi, defeksai, peningkatan frekuensi berkemih, urinalisis, peningkatan konsentrasi urine.
d.      Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu), nyeri epigastrium,pengurangan BB (5 – 10 kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, napas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
e.       Pernapasan
Frekuensi pernapasan meningkat
f.       Kecemasan
Suhu kadang naik, badan lemah, ikterus dan dapat jatuh dalam koma
g.      Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
h.      Interaksi sosial
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
i.        Pembelajaran dan penyuluhan
Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi kalau berlangsung sudah lama, berat badan turun naik dari 1/10 berat badan normal, turgor kulit, lidah kering, adanya aseton dalam urine.
j.        Pemeriksaan diagnostic
1)      USG (dengan menggunakan waktu yang tepat)
Mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multiple, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta
2)      Urinalisis
Kultur, mendeteksi bakteri, BUN
3)      Pemeriksaan fungsi hepar
AST, ALT, dan kadar LDH



2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d frekuensi mual dan muntah berlebihan
b.      Defisit volumen cairan b/d kehilangan cairan yang berlebihan
c.       Koping tidak efektif b/d perubahan psikologi kehamilan
d.      Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
3.      Rencana Keperawatan
a.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d frekuensi mual dan muntah berlebihan.
Tujuan :
Klien akan meingkatkan kebutuhan nutrisinya, mampu mehanan makan dalam jumlah yang cukup untuk menopang atau menahan dirinya dan pertumbuhan janin.
Kriteria :
·         Klien akan mengungkapkan selera makan baik
·         Tidak ada rasa mual dan muntah
·         BB meningkat
Intervensi :
1)      Kaji frekuensi dan beratnya mual dan muntah
Rasional :
2)      Timbang BB setiap hari
Rasional :BB penting untuk memonitor proses terapi, perkembangan BB merupakan salah satu indikator adanya perbaikan nutrisi
3)      Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : dapat mencukupi asuhan nutrisi yang dibutuhkan tubuh
4)      Anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biscuit, roti dan teh hangat sebelum tidur pada siang hari
Rasional : makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsangan mual dan muntah yang berlebih
5)      Pantau kadar hemoglobin dan hematokrit
Rasional : mengidentifikasi adanya anemia dan potensial penurunan kapasitas pembawa oksigen ibu.

b.      Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan yang berlebihan
Tujuan : klien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Kriteria :
·         Mukosa bibir lembab
·         Turgor kulit baik
·         Output sesuai intake
·         Kadar elektrolit dalam batas normal
Intervensi :
1)      Pantau tanda-tanda dan gejala kekurangan cairan
Membran mukosa kering
Urine kuning kecoklatan
Turgor kulit jelek
Rasional :penurunan volume cairan yang bersirkulasi menyebabkan kekeringan jaringan dan pemekatan urine merupakan tanda dehidrasi
2)      Lakukan pemeliharaan kebersihan mulut  sebelum dan sesudah makan.
Rasional : mencegah perkembang biakan kuman dan memberi rasa segar dan nyaman sehingga rasa mual kurang.
3)      Observasi tanda vital setiap 2 – 4 jam
Rasional : perubahan tanda vital merupakan indikator  adanya gangguan keseimbangan cairan, tekanan darah menurun, nadi dan suhu yang meningkat merupakan tanda dehidrasi hipovolemia.
4)      Anjurkan klien untuk minum dalam jumlah kecil tapi sering
Rasional :Mengganti kekurangan cairan yang keluar bersama-sama dengan muntah
5)      Kolaborasi tim medis untuk  pemberian cairan parenteral dan pemberian obat anti emetik bila memungkinkan
Rasional ; pemberian cairan parenteral  memperbaiki volume cairan  dan memungkinkan untuk mengganti cairan.
b.      Cemas b/d koping tidak efektif, perubahan psikologi kehamilan
Tujuan : setelah diberi penjelasan terhadap proses penyakit diharapkan cemas hilang atau berkurang
Kriteria :
Klien nampak rileks
Koping efektif
Dapat beristirahat dengan tenang
Intervensi :
1)      Kontrol lingkungan klien dan batasi pengunjung
Rasional : untk mencegah dan mengurangi kecemasan
2)      Kaji tingkat fungsi psikologis
Rasional : untuk menjaga integritas psikologis
3)      Berikan support psikologis
Rasional : untuk menurunkan kecemasan dan membina rasa saling percaya.
4)      Berikan penguatan positif
Rasional : untuk meringankan pengaruh psikologis akibat kehamilan
5)      Berikan pelayanan kesehatan yang maksimal
Penting untuk meningkatkan kesehatan mental klien
c.       Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
Tujuan : setelah diberikan pengarahan diharapkan keletihan teratasi
Kriteria :
Energi bertambah
Dapat melakukan aktivitas sesuai kebutuhan
Intervensi :
1)      Anjurkan klien membatasi aktivitas dengan istirahat yang cukup
Rasional : menghemat energi dan menghindari pengeluaran tenaga yang terus menerus untuk meminimalkan kelelahan/kepekaan uterus
2)      Anjurkan klien untuk menghindari mengangkat berat
Rasional : aktivitas yang ditoleransi sebelumnya mungkin tidak dimodifikasi untuk wanita beresiko
3)      Bantu klien beraktifitas secara bertahap
Rasional : aktivitas bertahp meminimalkan terjadinya trauma serta meringankan dalam memnuhi kebutuhannya
4)      Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi sesuai indikasi



Laporan Pendahuluan Hipertropi Prostat

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTROPI PROSTAT

1.      Defenisi
             Hipertropi Prostat adalah pembesaran dari kelenjar prostat yang disebabkan oleh bertambahnya sel-sel glandular dan interstitial yang menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan gangguan aliran urine, dan kebanyakan terjadi pada umur lebih dari 50 tahun.
             Hipertropi dari kelenjar periuretral ini kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke penfer dan menjadi kasus.
2.      Etiologi
             Ada beberapa teori yang mengemukakan penyebab terjadinya hipertropi prostat antar lain :
1.      Teori sel Stem ( Isaacs )
Berdasarkan teori ini jaringan prostat pada orang dewasa berada pada keseimbangan antara pertumbuhan sel dan sel yang mati.Keadaan ini disebut Steady State. Pada jaringan prostat terdapat sel stem yang dapat berproli serasi lebih cepat sehingga terjadi hiperplasia kelenjar penuretral.
2.      Teori Mc Neal
Menurut Mc Neal pembesaran  prostat jinak dimulai dari zona transisi yang letaknya sebelah proksimal dan spinater eksternal pada kedua sisi verumen tatum di zona periuretral.
3.      Teori Di Hidro Testosteron ( DHT )
Testosteron yang diohasilkan oleh sel leyding jumlah testosteron yang dihasilkan oleh testis kira-kira 90 % dari seluruh produksi testosteron. Sedang yang 10 % dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Sebagian besar testosteron dalam keadaan terikat dengan protein dalam bentuk serum.
             Bendung hormon ( SBH ) sekitar 20 % testosteron berada dalam keadaan bebas dan testosteron bebas inilah yang memegang peranan peranan dalam proses terjadinya pembesaran prostat testosteron  bebas dapat masuk ke dalam sel prostat dengan menembus membran sel ke dalam sitoplasma sel prostat sehingga membentuk DHT heseplar kompleks yang akan mempengaruhi asam RNA yang menyebabkan terjadinya sintyesis protein sehingga dapat terjadi profilikasi sel
3.      Faktor resiko
Pada umumnya terjadi pada pria yang berusia di atas 50 tahun dan mencapai puncak pada usia 80 tahun dan jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun.
4.      Manifestasi klinik
Terbagi 4 grade yaitu
1.      Pada grade I  ( Congstic )
a.       Mula-mula pasien berbula-bulan atau bertahun-tahun susah kencing dan  mulai mengedan.
b.      Kalau miksi merasa puas.
c.       Urine keluar menetes dan puncuran lemah.
d.      Nuctruria.
e.       Urine keluar pada malam hari lebih dari normal.
f.       Ereksi lebih lama dari normal dan libida lebih dari normal.
g.      Pada Citoscopy kelihatan hiperemia dan orifreum urether internal lambat laun terjadi varises akhirnya bisa terjadi pendarahan (blooding). 
2.      Pada Grade 2 (residual)
a.       bila miksi terasa panas
b.      nisoria nocturi bertambah berat
c.       tidak dapat buang air kecil  ( kencing tidak puas )
d.      Bisa terjadi infeksi  karena sisa air kencing
e.       Tejadi panas tinggi dan bisa meninggal
f.       Nyeri pad daerah pinggang dan menjalar keginjal.
3.      Pada grade 3 ( retensi urine )
a.       Ischuria paradorsal
b.      Incontinential paradorsal
4.      Pada grade 4
a.       Kandung kemih penuh.
b.      Penderita merasa kesakitan.
c.       Air kencing menetes  secara periodik yang disebut overflow incontinential.
d.      Pada pemeriksaan fisik yaitu palpasi abdomen bawah untuk meraba  ada tumor kerena bendungan hebat.
e.       Dengan adanya infeksi penderita bisa meninggal  dan panas tinggi sekitar 40-41  C.
f.       Kesadaran bisa menurun.
g.      Selanjutnya penderita bisa koma 
5.      Nyeri perineum
6.      Obstruksi rektal
7.      Gangguan saraf akibat fraktur atau penekanan patalogis pada tulang belakang
5.      Diagnosa keperawatan
1.      Gangguan eliminasi retensi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pembesaran prostat, dekompensasi otot destrusor, ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontruksi dengan adekuat ditandai frekuensi keraguan berkemih, ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih, distensi kandung kemih.
2.      Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa , ditandai  : keluhan nyeri meringis, gelisah.
3.      Resiko kekurangan kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh secara tidak normal, seperti pendarahan melalui kateter, muntah .
4.      Ansietas  berhubungan dengan perubahan status kesehatan, kemungkinan prosedur bedah di tandai : peningkatan tekanan,ketakutan, kekhawatiran.
5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakitnya ditandai : klien sering  menanyakan tentang keadaan penyakitnya
6.      Komplikasi
1.      Pendarahan
2.      Incontinential.
3.      Batu kandung kemih
4.      Retensi urine
5.      Impotensi
6.      Epidemis.
7.      Haemoroid,hernia,prolaps,rektum akibat mengedan
8.      Infeksi saluran kencing di sebabkan karena kateteriasasi
9.      Hidronefrosis


                                         Patofisiologi dan penyimpangan KDM

Histologik/sifat jaringan
Beligna prostat hiperplasia
Penyempitan lumen uretrra dorsal
Tekanan intravaskuler meningkat
Muskulus destrossor berkontraksi kuat
Hipertropi otot distressor
Konpensasi otot distressor menurun
Pengeluaran urine tidak sempurna/
Urine tersisa dalam buli-buli

Komplikasi mengedan                                                                        Katerisasi




                                                       distensi kandung kemih

Urine keluar menetes

Perubahan status kesehatan

Stressor bagi klien dan keluarga

Koping individu tidak efektif






7.      penatalaksanaan
a.       pembesaran prostat derajat sedang dapat tidak diterapi atau diterapi dengan obat obat yang memperkecil ukuran prostat atau melemahkan otot otot kandung kemih hal ini dapat memperbaiki aliran urine.
b.      Mungkin diperlukan tindakan bedah untuk mengangkat jaringan hiperplastik agar urine dapat lewat secara adekuat.
c.       Mungkin dapat dipasang kateter permanen pada orang yang tidak ingin atau tidak dapat dioperasi .
d.      Dianjurkan pemeriksaan rektum dengan jari setiap tahun dan pemeiksaan    antigen spesifik   prostat (prostate spesifik antigen PSA). Untuk mengidentifikasi keganasan yang dapat muncul dan sel sel hiperplastik.
8.      Asuhan keperawatan
A.    PENGKAJIAN
1.      sirkulasi – peningkatan tekanan darah (efek pembesaran ginjal)
2.      Eliminasi
        penurunan kekuatan /dorangan aliran urine
        keragu-raguan berkemih awal.
        Ketidak mampuan mengosongkan kandung kemih
        Nukturia, Disuria Dan Hematurioa
        ISK berulang, riwayat batu (stetis urine)
        Konstipasi
        Massa pada dibawah abdomen.
        Nyeri tekan kandung kemih.
        Hernia ingiunalis
3.      Makanan dan Cairan
-          Anoreksia, mual, muntah
-          Penurunan berat badan
4.      Nyeri
-          nyeri supra pubis
-          nyeri panggul,punggung bawah.
5.      kecemasan : demam
6.      seksualisasi
-          Takut incontunesia atau menetes selama hubungan seksual
-          Penurunan kontruksi ejakolansi
-          Pembesaran, nyeri tekan pada prostat.
7.      Pemeriksaan Diagnostik
-          urinalisa    sistoritgrafi
-          kultur urine           sistogram        
-          sitologi urine         sistooretrosikopi
-          BUN/kreatinin      Sistometri
-          IVP vetrasoond transickral

B.     Dianosa  keperawatan.,intervensi dan rasional
DX 1 :
                Gangguan eliminasi retensi berhubungan dengan abstruksi mekanik,pembesaran prostat,dekonpensasi otot destrossor.
Tujuan :
-          berkemih dengan jumlah yang cukup tak teraba disertai kandung kemih.
-          Menunjukkan residu pasca berkemih kurang dari 50 ml dengan tak adanya tetesan/kelebihan aliran.
Intervensi
  1. Dorong klien untuk berkemih tiap 2 sampai 4 jam.
Rasional : meminimalkan  retensi urine berlebihan pada kandung kemih.
  1. Observasi aliran urine . Perhatikan ukuran dari kekuatan
Rasional: berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan piulihan intervensi
  1. Awasi dan catat waktu,jumlah tiap berkemih.
Perhatikan penurunan pengeluaran urine dan perubahan berat jenis .
Rasional:  retensi urinr meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan bagian atas yang dapat mempengaruhi ginjal.
  1. Anjurkan untuk  minum air 3000 ml/hari
Rasional: peningkatan aliran cairan mempertahankan perfusi ginjal dan membersihkan ginjal, kandung kemih dari pertumbuhan  bakteri.
  1. lakukan kateterisasi  dan perawatan parianal
Rsaional:  menurunkan resiko infeksi asendens
  1. Kolaborasi pemberian
v  Obat anti spasmodik
v  Sipasitoria rektal
v  Antibiotik
 DX 2
                Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa, distensi kandung kemih,kolik ginjal,infeksi urinaria.
Tujuan :
-          Melaporkan nyeri hilang / terkontrol
-          Tampak rileks.
-          Mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat
      Intervensi
1.      Kaji tingkat nyeri
Rasional:  memberi informasi dalam keefektifan intervensi
2.      Plester selang drainase pada paha dan keteter pada abdomen
Rasional: mencegah penarikan kandung kemih dan erosi pertemuan penis skrotal.
3.      Pertahankan tirah baring
Rasional: mungkin diperlukan pada awal retensi akut namun ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih normal.
DX 3
             Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan drainase kandung  kemih yang terlalu distensi secara kronik.
Tujuan :
-          mempertahankan hidrasi adekauat dibuktikan oleh tanda vitat stabil,nadi perifer teraba,pengisian kapiler baik membran mukosa lembab
Intervensi
1.      Awasi output cairan tiap jam dan catat pengeluaran urine
Rasional: Diuresis cepat dapat mengakibatkan kekurangan volume total cairan karena tidak cukupnya jumlah natrium diabsorpsi dalam tubulus ginjal.
2.      Anjurkan infek oral berdasarkan kebutuhan individu
Rasional:  hemostatis, pengurangan cadangan dan peningkatan resiko dehidrasi hipopolemik 
3.      Awasi tekanan darah dan nadi obserfasi pengisian kafiler dan membran mukosa oral.
Rasional :  deteksi dini adanya hipopolemik sistem
4.      Kolaborasi
Pemberian cairan IV ( menggantikan cairan dan natrium yang hilang untuk mencegah / memperbaiki hipopolemik.
DX 4
                Ansietas  berhubungan dengan perubahan status kesehatan kemungkinan prosedur bedah.
Tujuan:
-     Tampak rileks
-     Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani
-     Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi
Intervensi
  1. Bina hubungan saling percaya pada pasien atau keluarganya selalu ada di dekat pasien.
Rasional: menunjukkan perhatian dan keinginan untuk membantu
  1. Berikan  informasi tentang prosedur dan tes khusus dan apa yang akan terjadi  contoh; kateter urine berdarah
Rasional: membantu pasien maemahami tujuan dari apa yang  dilakukan dan mengurangi masalah kesehatan karena ketidaktahuan termasuk ketakutan akan kanker
  1. Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan masalah
Rasional: mendefenisikan masalah memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan, memperjelas kesalahan konsep dan solusi  pemecahan masalah.
DX 5
                Kurang pengetahuan  berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses pengobatan.
Tujuan:
-     menyatakan pemahaman proses penyakit.
-     Berpartisipasi dalam proses pengobatan
Intervensi
  1. kaji ulang proses penyakitb pengalaman pasien
Rasional: memberikan dasar pengetahuan di mana pasien dapat membuat pilihan informasi terapi.
  1. Dorong menyatakan rasa takut/perasaan dan perhatian.
Rasional: membantu pasien mengalami perasaan  dapat merupakan rehabilitasi vital.




                              
            
        
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 3. EGC; Jakarta.
Doenges, Moorhouse & Geissler. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC; Jakarta.
Price & Wilson. 1995. Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. EGC; Jakarta